Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intifadah Dari Barat

Arif Ramdan Editor : Rana Setiawan - Sabtu, 11 Mei 2024 - 21:12 WIB

Sabtu, 11 Mei 2024 - 21:12 WIB

49 Views

Oleh Arif Ramdan

 

TIGA tahun yang lalu 21 Mei 2021 satu tulisan bertajuk “Intifadah Global” saya tulis untuk Harian Republika, respons atas perang yang terjadi di Gaza. Dalam ulasan artikel tersebut, saya mengajak semua ras manusia untuk peduli apa yang terjadi di Tanah Palestina.

Intifadah adalah gerakan perlawanan yang terjadi di wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel. Intifadah pertama dimulai pada tahun 1987 dan Intifadah kedua dimulai pada tahun 2000.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Kedua Intifadah tersebut melibatkan demonstrasi massa, bentrokan dengan pasukan keamanan Israel, serta serangkaian tindakan perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel. Ini menjadi peristiwa penting dalam sejarah Palestina yang terjajah.

Pada 8 Desember 1987, serdadu Israel yang mengendarai truk militer menabrak dan menewaskan empat pengendara mobil di Palestina.

Tindakan sewenang-wenang ini telah memantik emosi kolektif bangsa Palestina. Mereka turun ke jalan meneriakkan perlawanan dengan dukungan Hamas.

Setelah Subuh, 9 Desember 1987, gerakan Islam di Kamp Jabalia bergerak mengatur strategi demontrasi besar dan mendapat rintangan dari serdadu Israel, banyak korban berjatuhan.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Pasang surut gerakan perjuangan rakyat Palestina dipengaruhi banyak hal. Di antaranya, tidak adanya dampak signifikan apapun dari setiap upaya dan solusi damai bagi rakyat Palestina. Perang demi perang seolah menjadi agenda rutin tanpa jeda yang mesti dihadapi rakyat Palestina.

Namun, dalam senyap, saat dunia Arab sibuk menjadi bagian dari normalisasi dengan Israel, pada 7 Oktober 2023, gerakan heroik digelorakan rakyat Gaza untuk  dunia.

Serangan pagi operasi Thufanul Aqsa telah mematahkan klaim Israel sebagai negara terkuat dengan pertahanan militer yang hebat.

Dari sini, perang panjang bermula dan saat ini telah memasuki bulan ke tujuh. Infrastruktur Gaza luluh lantak tak tersisa, namun heroisme dan perlawan terus berlanjut dari pejuang Palestina di Gaza.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Tidak ada kata menyerah sebelum Palestina mendapatkan haknya, yaitu merdeka penuh atas tanah yang dirampas Zionis.

Pada perang kali ini, Zionis Israel terlihat semakin brutal. Ketika mereka tidak mampu menerobos pertahanan markas para pejuang, serdadu penjajah menyasar warga dan fasilitas publik.

Rumah sakit, sekolah, pengungsian pun mereka serang. Dunia melihat ini dengan telanjang mata dan Israel terus menunjukkan kepongahannya di muka bumi.

Palestina tidak mendapatkan haknya untuk ditolong warga dunia, termasuk orang-orang Arab yang ada di sekelilingnya. Alih-alih terdepan membantu, Arab seperti tetap tuli, bisu, dan buta untuk sekadar bersuara atau membuka pintu untuk mengungsi ke tempat aman.

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Rafah tetap tertutup dalam waktu yang cukup lama, bahkan bantuan pun sulit masuk melalui jalur ini.

Brutalnya Israel menyerang Gaza termasuk Rafah, saat ini, telah membuka mata dunia, semua elemen bersuara atas apa yang terjadi di Gaza.

Ras manusia di muka bumi mulai menunjukkan kemarahannya atas perilaku Israel. Termasuk dari dalam negeri penjajah itu sendiri, rakyatnya demo menentang Netanyahu.

Aksi-aksi menentang Israel mulai disuarakan di Barat dan negeri-negeri yang pemerintahnya selama ini bertindak sebagai pendukung berat dan pemasok senjata bagi Zionis Israel.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Dari Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, dan Korea kompak meneriakan yel-yel Free Free Palestine!

Slogan Free Palestine tidak lagi menjadi suara asing tak bermakna. Tapi telah menembus batas lintas negara, benua, dan ras manusia di muka bumi ini.

Insan mahasiswa di kampus-kampus ternama di Eropa telah tergerak emosinya.

Mereka bersuara atas nama kemanusiaan, Dari Amerika gerakan mahasiswa bermunculan menyuarakan pembelaan atas Palestina. Di Paris demo mahasiswa tak terbendung suara itu bergema di kampus-kampus ternama dunia.

Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital

Gerakan ini telah mendongkrak semangat juang rakyat Palestina, api semangat muncul dari insan di negeri Barat.

Saat ini pejuang Palestina telah mendapat nutrisi dukungan dunia, gerakan dari Barat untuk Palestina telah mempertegas identitas rakyat untuk merdeka dari penjajah, membatasi keangkuhan Yahudi, dan menghidupkan kembali gerakan perlawanan atas nama Palestina di Arab, Islam, dan dunia.

Gerakan intifadah dari Barat yang digelorakan mahasiswa di kampus-kampus kembali mengungkit kobar juang dan memantik emosi kolektif warga dunia, aksi dari Barat untuk Palestina telah merobohkan sekat agama, dukungan mengalir atas nama kemanusiaan. Duka Palestina kini tidak lagi hanya duka dunia Islam, tapi duka kemanusiaan.

Saat makar Zionis tak kuasa dibendung, Netanyahu semakin brutal, justru angin perlawanan datang dari bangsa Barat. Dukungan itu terus bergerak, Intifadah global kini benar-benar telah digerakkan oleh ras manusia di mana pun berada, atas nama agama dan kemanusiaan.

Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!

Saat gerakan ini tuntas dan mencapai puncaknya di Barat, maka Zionis Yahudi hanya akan menjadi sebuah nama. Sejarah pun akan terulang, bangsa paling bebal di dalam sejarah manusia ini, akan kembali menjadi manusia sampah yang terlunta-lunta menuntut kasih manusia. Lihat saja!

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Kolom
MINA Millenia
MINA Preneur