Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Investasi Abadi: Menabung Kebaikan, Menuai Surga

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Rabu, 24 September 2025 - 23:47 WIB

Rabu, 24 September 2025 - 23:47 WIB

20 Views

potret santri Al-fatah yang sedang menyiapkan takjil untuk berbuka puasa bersama (foto : sidieq MINA)

SETIAP orang pasti ingin hidupnya berarti. Ada yang mengejar harta, ada yang memburu jabatan, ada pula yang sibuk menimbun popularitas. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa semua itu sejatinya hanya titipan sementara? Mobil mewah bisa rusak, rumah megah bisa lapuk, bahkan nama besar pun bisa dilupakan seiring waktu. Yang benar-benar abadi hanyalah kebaikan yang kita tinggalkan. Itulah investasi yang tidak pernah rugi: investasi kebaikan.

Berbeda dengan tabungan dunia yang bisa berkurang atau habis, tabungan kebaikan tidak akan pernah hilang. Ia justru terus berkembang, bahkan ketika kita sudah tidak lagi menghirup udara dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim). Hadis ini memberi pesan jelas: menabung kebaikan sama artinya menanam pohon surga yang buahnya bisa kita nikmati di akhirat kelak.

Bayangkan, ketika seseorang membantu membangun masjid, setiap orang yang shalat di sana akan mengalirkan pahala untuknya. Saat seseorang mengajarkan ilmu, setiap kali muridnya mengamalkan ilmu itu, pahalanya ikut mengalir. Bahkan doa seorang anak yang saleh bisa menjadi cahaya penuntun bagi orang tuanya di alam kubur. Betapa luar biasa sistem “investasi abadi” yang Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya.

Namun, kadang kita terlalu sibuk menghitung untung-rugi dunia. Kita rela menghabiskan tenaga untuk mengejar materi, tetapi lalai menabung untuk kehidupan setelah mati. Padahal, dunia hanya sebentar, sementara akhirat kekal selamanya. Bukankah lebih bijak jika kita menyeimbangkan keduanya? Bekerja keras di dunia, namun tidak melupakan bekal untuk perjalanan panjang menuju surga.

Baca Juga: Zionis Israel, Wajah Busuk Peradaban Modern

Investasi kebaikan tidak harus besar. Ia bisa dimulai dari hal kecil yang dilakukan dengan tulus. Senyum ikhlas kepada orang lain, menyingkirkan duri dari jalan, berbagi ilmu sederhana, bahkan sekadar menahan diri dari menyakiti orang lain pun termasuk kebaikan. Allah Maha Pemurah. Ia tidak menilai seberapa besar perbuatan kita, melainkan seberapa ikhlas niat kita. Seringkali kebaikan kecil yang dianggap remeh justru menjadi penyelamat di hari kiamat.

Pernahkah kita merenung, bahwa setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan emas untuk menabung pahala? Waktu adalah modal, amal adalah usaha, dan surga adalah keuntungan. Mereka yang cerdas bukan hanya yang pandai mengatur keuangan, tetapi juga yang bijak mengatur amal. Menolong orang yang kesusahan, meringankan beban sesama, atau bahkan sekadar berkata baik, semua itu akan tercatat rapi dalam catatan amal. Tidak ada yang sia-sia di sisi Allah.

Lebih indah lagi, tabungan kebaikan tidak hanya memberi manfaat untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Orang yang menanam kebaikan sejatinya sedang membangun jembatan kasih sayang di tengah masyarakat. Dunia menjadi lebih damai karena ada orang-orang yang mau berbagi, mau menolong, dan mau peduli. Dan ketika dunia menjadi lebih baik, bukankah kita juga ikut merasakan kebahagiaannya?

Namun, mari jujur sejenak. Seberapa sering kita menunda berbuat baik dengan alasan sibuk, lelah, atau menunggu nanti? Padahal, kita tidak pernah tahu apakah esok masih ada kesempatan. Waktu terus berjalan, usia terus berkurang, dan kematian bisa datang kapan saja. Menabung kebaikan tidak bisa ditunda, sebab kematian tidak bisa diundur.

Baca Juga: Peringatan Rasulullah tentang Fitnah Akhir Zaman

Kebaikan adalah bekal terbaik yang bisa kita bawa pulang. Harta tidak ikut, jabatan tidak menemani, dan popularitas tidak menolong. Yang menemani hanyalah amal saleh. Bayangkan ketika di alam kubur, kita disambut bukan oleh tumpukan dosa, melainkan oleh kebaikan yang pernah kita lakukan. Betapa damainya jika kita bisa tidur dalam pelukan pahala, menunggu kebangkitan menuju surga.

Maka, jangan tunggu nanti. Mulailah hari ini, bahkan detik ini. Ucapkan kata baik, tebarkan senyum, bantu sesama, sisihkan harta untuk sedekah, dan jadilah manusia yang bermanfaat. Ingatlah pesan Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Inilah jalan menuju investasi abadi: memberi manfaat sebanyak mungkin dengan ikhlas.

Menabung kebaikan tidak pernah merugikan. Justru, ia membuat hati lebih tenang, hidup lebih bermakna, dan masa depan akhirat lebih terjamin. Dunia hanyalah persinggahan, sementara surga adalah tujuan. Jangan sampai kita pulang dengan tangan kosong.

Akhirnya, hidup ini adalah pilihan. Apakah kita ingin hanya sekadar lewat di dunia tanpa meninggalkan jejak, ataukah kita ingin dikenang sebagai manusia yang menabur kebaikan? Investasi dunia bisa habis, tapi investasi akhirat akan abadi. Mari kita jadikan hidup ini sebagai ladang kebaikan. Menabung sedikit demi sedikit, hingga suatu hari nanti, kita menuai hasilnya: surga yang Allah janjikan.[]

Baca Juga: Mengapa AS dan Israel Wajib Kuasai TikTok?

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pembatalan Kontrak Senjata Spanyol, Tandai Runtuhnya Industri Israel

Rekomendasi untuk Anda

Artikel
Kolom
Artikel
Artikel
Kolom
MINA Preneur