Washington, 11 Rabi’ul Akhir 1437/21 Januari 2016 (MINA) – Anggota Parlemen AS mengumumkan usulannya saat bicara di Pentagon pada Rabu (20/1) agar AS menginvestasikan dana di Afghanistan dengan mengimpor kambing langka Italia dan pembangunan pom bensin.
Investasi bertujuan menjaga stabilias operasi di Afghanistan yang telah menghabiskan dana hampir 800 juta dolar AS. Afghanistan adalah daerah konflik perang selama lima tahun terakhir, demikian laporan oleh Naharnet yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Inspektur Jenderal Khusus Rekonstruksi Afghanistan John Sopko, mengatakan bahwa proyek tersebut belum tentu berhasil, mengingat seringnya penyalahgunaan dan penipuan dalam pelaksanaannya.
Sopko mengatakan bahwa selama beberapa bula terakhir militer telah menghabiskan dana sebanyak 43 juta dollar hanya untuk pengisian bahan bakar mobil militer, sehingga membuat biaya meningkat drastis.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Mengimpor kambil bulu langka Italia mampu memperkuat industri kasmir di Herat dan meningkatkan ekstraksi mineral dalam proyek-proyek yang membuat pemerintah Afghanistan bekerja sama dengan China. Selanjutnya kita melihat apakah program ini akan membawa efek positif untuk perekonomian Afghanistan yang turun akibat perang,” tambahnya.
Wakil Kepala Menteri Pertahanan Pentagon juga mengatakan bahwa dana sebanyak 43 juta dollar merupakan hal yang wajar, mengingat biaya yang digunakan juga untuk membangun villa tempat pengusaha yang ingin menanamkan saham di Afghanistan.
“Kami menghargai upaya mengawasi kelemahan potensial dan membuat rekomendasi kontruktif untuk meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas AS yang didanai dari pembayaran pajak ke Afghanistan,” kata juru bicara Pentagon Christopher Sherwood.
Anggota parlemen juga mempertanyakan mengapa Pentagon terlibat dalam upaya memacu investasi swasta melalui Departemen Luar Negeri dan Badan Pembangunan Internasional AS. (T/mar/P4)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)