New York, MINA – Ketika Uni Eropa mulai menyalurkan jutaan euro ke Libya untuk memperlambat gelombang migran melintasi Mediterania, dengan janji-janji Uni Eropa untuk meningkatkan pusat-pusat penahanan migran dan memerangi perdagangan manusia, terungkap bahwa dana itu justru jatuh ke kelompok milisi.
Aliran dana yang jatuh ke tangan salah sasaran terungkap oleh hasil investigasi kantor berita Associated Press yang berbasis di New York, demikian Al Jazeera melaporkan Selasa (31/12).
Saat janji Uni Eropa belum terjadi, sebaliknya, kesengsaraan para migran di Libya telah melahirkan jaringan bisnis yang berkembang dan sangat menguntungkan, yang sebagian dibiayai oleh UE dan dimungkinkan oleh PBB.
Menurut AP, UE telah mengirim lebih dari 327,9 juta euro ke Libya, dengan tambahan 41 juta euro yang disetujui pada awal Desember, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
AP menemukan bahwa di sebuah negara tanpa pemerintahan yang berfungsi, sejumlah besar uang Eropa telah dialihkan ke jaringan milisi, penyelundup, dan anggota penjaga pantai yang mengeksploitasi para migran.
Dalam beberapa kasus, pejabat PBB tahu jaringan milisi mendapatkan uang, menurut email internal.
Penyelidikan menunjukkan, milisi menyiksa, memeras, dan menyalahgunakan para migran untuk uang tebusan di pusat-pusat penahanan di bawah pengawasan PBB, seringkali mereka menerima jutaan uang Eropa.
Banyak migran yang juga hilang begitu saja dari pusat penahanan, dijual ke pedagang atau ke pusat-pusat penahanan lainnya.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
AP menemukan, milisi yang sama berkonspirasi dengan beberapa anggota unit penjaga pantai Libya. Penjaga pantai mendapat pelatihan dan peralatan dari Eropa untuk menjauhkan para migran dari pantainya. Namun, anggota penjaga pantai mengembalikan beberapa migran ke pusat penahanan berdasarkan kesepakatan dengan milisi. Mereka menerima suap untuk membiarkan orang lain lewat dalam perjalanan ke Eropa.
Dalam banyak kasus, uang mengalir ke negara tetangga Tunisia untuk dicuci, dan kemudian mengalir kembali ke milisi di Libya. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)