Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Investor Jepang Minati Sektor Garam di NTT

IT MINA - Jumat, 3 Juni 2016 - 21:31 WIB

Jumat, 3 Juni 2016 - 21:31 WIB

339 Views

Foto: Sumbarprov.go.id

Jakarta, 26 Sya’ban 1437/3 Juni 2016 (MINA) – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, salah satu perusahaan asal Jepang berminat untuk membangun pabrik garam industri dan garam rumah tangga di Nusa Tenggara Timur (NTT).

BKPM mengindentifikasi adanya nilai investasi sebesar Rp 200 miliar pada tahap awal. Saat ini perusahaan memasuki tahap research dan berencana menjadikan  NTT sebagai lokasi pabrik.

Franky mengatakan, BKPM akan terus membantu agar minat investasi ini segera terealisasi, karena pembangunan pabrik garam dapat menimbulkan multiplier effect. Selain masuknya investasi, diharapkan dapat mengurangi jumlah impor garam.

”Jadi untuk pembangunan pabrik ini diperkirakan ada investasi sebesar Rp 200 miliar untuk satu pabrik. Perusahaan sangat tertarik, karena selain jumlah penduduk Indonesia banyak, kita juga masih impor garam, jadi pasar mereka masih sangat luas di Indonesia. Tentu saja kita juga mendapat keuntungan. Selain masuknya investasi, terserapnya tenaga kerja, kita juga bisa mengurangi impor garam,” jelasnya dalam keterangan resmi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’at (3/6).

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) Tokyo Saribua Siahaan menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi proses perizinan dan mengawal proyek ini. “Kami sampaikan pada perusahaan bahwa saat ini mengurus perizinan investasi di Indonesia jauh lebih mudah sejak adanya PTSP dan sistem perizinan online. Kantor kami di Tokyo siap memfasilitasi setiap minat investor Jepang yang mau berinvestasi di Indonesia,” ujarnya.

Saribua menambahkan bahwa faktor cuaca di NTT dan adanya 40% jumlah penduduk dari Asean Economy Community menambah keyakinan perusahaan untuk membangun pabrik di Indonesia. “Kami juga informasikan bahwa jumlah kadar air laut di NTT cukup baik untuk memproduksi garam. Selain itu, lokasinya jauh dari keramaian dan memiliki lahan yang cukup luas untuk pembangunan proyek pabrik garam di NTT,” lanjut Saribua.

Berdasarkan data BKPM, pertumbuhan komitmen investasi Jepang masuk dalam 10 negara prioritas pemasaran yang pada tahun 2015 naik 40% diatas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29%. Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95% mencapai US$ 8,1 miliar. Di atas Jepang terdapat  Tiongkok sebesar USD 22,2 miliar atau naik 42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69% menjadi US$ 16,3 miliar.  Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi  86% menjadi US$ 4,8 miliar.

Sedangkan realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode 2014. Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar US$ 2,87 Milyar, dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja. Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi oleh sektor manufaktur, khususnya sektor otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Di tahun 2016 BKPM menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp 594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp 386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp 208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja. (L/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki NTT (foto: BNPB)
Indonesia
MINA Health
Indonesia
Asia