Jakarta, 13 Jumadil Awwal 1437/20 Februari 2016 (MINA) – Investor Amerika Serikat (AS) yang merupakan perusahaan kelistrikan ternama Amerika Serikat menyampaikan minatnya untuk membangun software monitoring center di Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)Franky Sibarani dalam kunjungan ke San Fransisco, Amerika Serikat saat mendampingi Presiden Joko Widodo.
Franky mengatakan, software monitoring center ini akan berfungsi dalam melakukan digitalisasi pembangkit listrik hingga 10 GW.
“Ini proyek yang sangat strategis dan sejalan dengan pernyataan Presiden untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian digital di ASEAN,” kata Franky dalam keterangan resmi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (20/2).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Presiden Jokowi dalam lawatannya ke San Fransisco dalam rangka menghadiri KTT AS-ASEAN serta mengunjungi beberapa perusahaan teknologi informasi menyampaikan bahwa dirinya menargetkan bahwa Indonesia dapat menjadi pusat ekonomi digital pada tahun 2020.
Hal ini dilakukan dengan mengoptimalisasi aset yang dimiliki oleh Indonesia berupa kelas menengah yang terus meningkat, pertumbuhan bisnis e-commerce serta maraknya bisnis start-up yang terus berkembang.
Menurut Franky, investor yang berminat untuk membangun digital tersebut telah memiliki entitas perusahaan di Indonesia, sehingga komunikasi yang telah dilakukan di Amerika Serikat nantinya akan ditindaklanjuti dengan perwakilan yang ada di Indonesia.
“Apalagi pemerintah telah mencanangkan untuk membangun infrastruktur pembangkit listrik sebesar 35 ribu MW,” katanya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Lebih lanjut, Franky menjelaskan, digitalisasi pembangkit listrik tersebut akan membuat fungsi pembangkit listrik layaknya seperti baterai sehingga lebih efisien dan dapat menghemat triliunan rupiah.
Dalam situs perusahaan disebutkan bahwa perusahaan telah mengerjakan proyek digital wind farm, dengan nilai penghematan mencapai US$ 100 juta. (L/P010/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon