Lausanne, MINA – Komite Eksekutif Olimpiade Internasional (IOC) secara resmi menghentikan pembicaraan dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) terkait penyelenggaraan ajang Olimpiade, Youth Olympic Games, dan konferensi olahraga internasional di Indonesia.
Keputusan itu dibuat setelah Indonesia menolak menerbitkan visa untuk atlet dari Israel.
Lebih jauh, IOC juga merekomendasikan kepada semua federasi olahraga internasional agar menunda atau membatalkan rencana penyelenggaraan kompetisi di Indonesia sampai negara ini dapat memberi jaminan tertulis bahwa semua atlet dapat berpartisipasi tanpa hambatan atau diskriminasi.
KOI dan federasi terkait kini dipanggil untuk hadir ke markas IOC di Lausanne, Swiss guna membahas perselisihan ini. Namun hingga saat ini, belum ada indikasi bahwa pemerintah Indonesia akan mengubah kebijakan visanya atau mengeluarkan jaminan formal kepada IOC.
Baca Juga: Ke India Tanpa Ronaldo, Al-Nassr Menang Tipis atas FC Goa
Implikasi dari keputusan tersebut cukup berat bagi Indonesia yang tengah membidik penyelenggaraan event olahraga besar. Dengan status “tertunda” sebagai tuan rumah, posisi Indonesia dalam kalender olahraga internasional diprediksi mengalami kemunduran, baik dari sisi reputasi maupun kesempatan investasi olahraga dalam negeri.
Penolakan terhadap partisipasi atlet Israel dalam berbagai ajang olahraga internasional bukan hal baru. Sejumlah negara dan komunitas olahraga dunia menilai bahwa keikutsertaan Israel di panggung global tidak sejalan dengan semangat perdamaian dan nilai kemanusiaan yang dijunjung dalam dunia olahraga.
Hal ini dilatarbelakangi oleh tindakan militer Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang telah menimbulkan ribuan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Serangan udara yang berulang, blokade berkepanjangan, serta penghancuran infrastruktur sipil telah memicu kecaman luas dari komunitas internasional.
Sejumlah organisasi kemanusiaan, termasuk lembaga PBB, telah berulang kali menuding Israel melakukan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kondisi tersebut membuat banyak pihak menilai tidak pantas bagi atlet Israel untuk tampil membawa bendera negara yang sedang menjalankan kebijakan represif terhadap warga sipil Palestina.
Baca Juga: Liga Champions 2025: Athletic Club Putus Tren Kemenangan Qarabag dari Azerbaijan
Bagi sebagian negara, termasuk Indonesia yang memiliki komitmen kuat terhadap kemerdekaan Palestina, penolakan terhadap delegasi Israel di ajang olahraga dianggap sebagai bentuk konsistensi dalam menegakkan keadilan dan solidaritas kemanusiaan.
Gerakan boikot terhadap Israel di dunia olahraga juga menjadi bagian dari kampanye global Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), yang menyerukan tekanan damai terhadap Israel agar menghentikan penjajahan, menghormati hak asasi manusia, dan mematuhi hukum internasional. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PSIM Jogja vs Dewa United, Gol Cepat Laskar Mataram dan Kartu Merah Banten Warriors