Ir. Edy Wahyudi: Al-Qur’an Kekuatan Terbesar Rakyat Gaza Hadapi Zionis

(Foto: Neza/MINA)
(Foto: Neza/MINA)

Bogor, 19 Jumaldi Awwal 1437/27 Februari 2016 (MINA) – Salah satu kekuatan terbesar rakyat Gaza- dalam menghadapi Otoritas Penjajah Israel adalah dengan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Site Manager Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Ir. Edy Wahyudi mengatakan, meski rakyat Gaza menderita akibat diblokade oleh Israel sejak delapan tahun lalu dan dibombardir dengan tiga kali agresi militer, namun mereka bisa tetap tabah dalam menghadapi berbagai cobaan tersebut.

Menurutnya, Rakyat Gaza telah meyakini bahwa kemenangan melawan penjajah akan segera diraih melalui berinteraksi dengan Al-Quran dalam keseharian hidup mereka.

“Selama kami menjalankan amanah membangun RS Indonesia di Gaza, kami menyaksikan bahwa Rakyat Gaza telah mengisi waktunya berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap saat, dari para pejabat hingga para penjaga keamanannya,” kata Edy saat menyampaikan laporan perjalanan relawan RS Indonesia-Gaza, di Masjid At-Taqwa, Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Sabtu (27/2) malam.

Dia menegaskan bahwa tekad Rakyat Gaza dalam berinteraksi dengan Al-Quran didukung oleh Pemerintah Palestina di wilayah terblokade itu dengan mencanangkan program setiap rumah minimal ada satu orang yang hafidz Al-Qur’an.

“Fathi Hammad (Menteri Dalam Negeri Palestina) membuat program Bersemangat Mencetak Generasi Qurani di setiap rumah di seluruh wilayah Gaza. Program terkini adalah program dua bulan hafal Al-Qur’an 30 juz, ujarnya.

Bahkan salah satu putera Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya mampu menghapal Al-Qur’an dalam waktu 35 hari. Setiap tahun jumlah penghapal Al-Qur’an yang diwisuda terus meningkat dalam jumlah yang ribuan.

Untuk program penghapalan Al-Qur’an, pegawai negeri Gaza dipotong penghasilannya sebanyak satu persen. Para pelajar yang mengikuti program penghapalan Al-Qur’an sedikit pun tidak dikenakan biaya.

Edy melaporkan, saat ini, kondisi Gaza begitu sulit dengan berbagai kendala yang dialami. Masyarakat Gaza hanya bisa mendapatkan jatah listrik selama empat jam dalam sehari. Sedangkan untuk mendapatkan satu tabung gas yang hanya berisikan 6 kg saja harus mengantri selama satu sampai dua bulan.

“Kondisi ini semakin sulit ditambah dengan musim dingin yang dihadapi rakyat Gaza dengan suhu 6 derajat,” imbuhnya.

Dia juga melaporkan, sebanyak 3.755 anak-anak Palestina telah ditahan tentara pendudukan Israel tanpa ada alasan jelas.

Edy menambahkan menjadi seorang relawan yang diberi amanah menjalankan misi kemanusiaan di Gaza hanya butuh modal sami’na wa atho’na (kami mendengarkan dan kami taat). Karena kesulitan yang dialami tidak sebanding dengan kemampuan yang dimiliki sehingga begitu banyak tantangan, hambatan, ancaman, dan gangguan terjadi di bumi Palestina itu.

Dia menyampaikan apresiasi kepada seluruh rakyat Indonesia atas doa dan dukungannya bagi relawan Indonesia yang berada di Gaza.

Edy bersama dua relawan lainnya tiba di Indonesia pada 16 Februari 2016 lalu setelah menyelesaikan amanah pembangunan RS Indonesia yang telah diserahterimakan kepada Kementerian Kesehatan Palestina dan telah beroperasi memberikan pelayanan medis kepada rakyat Gaza yang membutuhkan.

Sebelumnya, sebanyak 14 relawan MER-C yang dijaring melalui jaringan Pondok Pesantrean Al-Fatah telah tiba di Indonesia terlebih dahulu beberapa bulan yang lalu.(L/een/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)