Baghdad, MINA – Otoritas Irak telah melakukan penyelidikan atas pemilihan parlemen bulan ini setelah dinas intelijen menemukan bahwa mesin pemungutan suara yang digunakan rentan terhadap peretasan. Al Arabiya melaporkan, Jumat (25/5).
Jajak pendapat pada 12 Mei lalu memberikan kemenangan mengejutkan bagi ulama terkenal, Moqtada Sadr, yang menghadapi tugas besar untuk membentuk koalisi pemerintahan meski memenangkan kursi terbanyak di parlemen.
Namun dengan hasil yang belum diratifikasi oleh Mahkamah Agung Irak, seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada parlemen hari Kamis (24/5) bahwa dinas intelijen telah melakukan tes yang menunjukkan kemungkinan untuk meretas mesin pemungutan suara dan memanipulasi hasilnya.
Kabinet memutuskan untuk membentuk komisi yang mempelajari laporan dan informasi mengenai proses pemilihan dan membuat rekomendasi, kata Perdana Menteri Haider al-Abadi dalam pidato yang disiarkan televisi.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Para ahli mengatakan penyelidikan bisa mengarah pada apa pun dari penghitungan ulang lokal hingga seluruh suara yang dibatalkan.
Beberapa kandidat dan partai diharapkan untuk mengajukan banding atas hasil jajak pendapat pertama Irak sejak kekalahan ISIS. Pemungutan terbatas telah diperintahkan di provinsi multi-etnis di Kirkuk, tempat bentrokan antar komunitas mendorong pihak berwenang memberlakukan jam malam.
Kelompok Krisis Internasional mengatakan Kamis (24/5), sangat prihatin akan kemungkinan kekerasan antar etnis lebih lanjut di sana dan menyerukan penghitungan ulang, untuk mengembalikan kepercayaan pada lembaga-lembaga penting untuk mengelola perpecahan yang lebih dalam atas wilayah yang diperebutkan, kaya minyak. (T/B05/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia