Teheran, 15 Ramadhan 1437/20 Juli 2016 (MINA) – Iran mencapai kesepakatan untuk membeli 100 pesawat dari produsen pesawat Boeing Amerika Serikat (AS), dan keduanya sedang menunggu persetujuan dari otoritas keuangan AS.
“Kendala akhir di daerah ini hanya izin dari Departemen Keuangan AS,” kata Kepala Organisasi Penerbangan Sipil Iran Ali Abedzadeh kepada harian nasional negara itu pada Ahad (19/6), demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Namun, tidak ada batas waktu yang tepat untuk kontrak tertulis yang akan dilaksanakan sebelum izin Keuangan AS turun.
Dia mengatakan, nilai yang dilaporkan sebesar $ 17 miliar untuk kontrak yang belum final itu dan angka lebih detail akan diberikan setelah negosiasi lebih lanjut.
Baca Juga: Australia dan Indonesia Sepakati Perjanjian Baru di Bidang Keamanan Bersama
“Dari 250 pesawat dalam dan luar negeri, 230 perlu diganti,” tambah Abedzadeh.
Dengan kesepakatan itu, Boeing menjadi perusahaan besar AS pertama yang masuk ke dalam kesepakatan dengan Iran, menyusul pencabutan sanksi nuklir awal tahun ini.
Boeing mengkonfirmasi pada Rabu bahwa mereka dalam pembicaraan dengan penerbangan Iran yang tertarik untuk membeli pesawat penumpang.
Pada bulan Februari, perusahaan AS telah memperoleh persetujuan dari pemerintah untuk mengeksplorasi melanjutkan penjualan ke Iran setelah sanksi AS dicabut sebagian pada bulan Januari.
Baca Juga: Surati Presiden Israel, Trump Minta Sidang Kasus Korupsi Netanyahu Dihentikan
Sejauh ini, Boeing hanya diberikan izin untuk menyajikan produk-produknya kepada IranAir dan beberapa maskapai lainnya untuk mengejar ketinggalan dari Eropa Airbus yang memenangkan kesepakatan sementara di awal tahun ini untuk 118 jet senilai $ 27 milyar.
Pemerintah Iran telah memerintahkan sekitar 200 pesawat secara total dari tiga produsen Barat sejak pertengahan Januari ketika sanksi ekonomi dicabut menyusul kesepakatan tentang program nuklir Teheran. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Siapkan Pangkalan Militer Senilai Rp 8 Triliun di Perbatasan Gaza















Mina Indonesia
Mina Arabic