Teheran, MINA – Iran menawarkan diri menjadi mediator pembicaraan yang melibatkan Turki, Kurdi, dan pemerintah Suriah untuk membangun keamanan di sepanjang perbatasan Turki-Suriah menyusul serangan militer Ankara ke Suriah utara untuk memerangi milisi Kurdi.
Dalam menyampaikan tawarannya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif merujuk pada satu perjanjian keamanan berusia 21 tahun yang mengharuskan Suriah untuk berhenti menyembunyikan atau melindungi teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang melakukan pemberontakan terhadap negara Turki.
Turki mengatakan perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan oleh Damaskus.
“Perjanjian Adana antara Turki dan Suriah, yang masih berlaku, bisa menjadi jalan yang lebih baik untuk mencapai keamanan,” ujar Zarif, Sabtu (12/10), seperti dilansir MSN.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
“Iran dapat membantu menyatukan Kurdi Suriah, pemerintah Suriah, dan Turki agar Angkatan Darat Suriah bersama Turki dapat menjaga perbatasan,” sambungnya dalam komentar di Twitter yang menjadi bagian dari wawancaranya bersama penyiar negara Turki TRT.
Uluran tangan Iran datang pada hari keempat serangan Turki terhadap milisi YPG, kelompok Kurdi yang bercokol di Suriah utara. YPG dianggap Ankara sebagai kelompok teroris yang memiliki hubungan dengan PKK.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis mengatakan perjanjian tahun 1998 tersebut hanya bisa diimplementasikan jika ada penyelesaian politik bagi perang delapan tahun Suriah.
Menlu juga mengatakan penerapan pakta Adana mewajibkan Pemerintah Suriah untuk mengendalikan Suriah timur laut. Namun ketentuan pakta itu tidak dilaksanakan oleh Damaskus. (T/R11/P1)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)