Teheran, MINA – Kepala program nuklir sipil Iran Mohammad Eslami mengatakan, Teheran akan mengizinkan inspektur PBB untuk memasang kartu memori baru ke kamera pengintai di situs atom sensitifnya dan melanjutkan pengambilan gambar di sana.
Eslami membuat komentar pada Ahad (12/9), setelah pertemuan yang diadakannya dengan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi di Teheran, demikian The New Arab melaporkan.
Sejak akhir Februari, Iran telah membatasi inspektur IAEA untuk mengakses rekaman pengawasan karena kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia telah berakhir.
Pengumuman itu dapat mengulur waktu bagi Iran menjelang pertemuan Dewan IAEA pekan ini, di mana kekuatan Barat telah berdebat agar Teheran dikecam karena kurangnya kerja sama dengan inspektur internasional.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
IAEA mengatakan kepada negara-negara anggota dalam laporan triwulanan rahasianya pekan lalu, kegiatan verifikasi dan pemantauannya telah “dirusak secara serius” sejak Februari oleh penolakan Iran untuk membiarkan para pengawas mengakses peralatan pemantauan mereka.
IAEA juga mengatakan dalam laporan pekan ini bahwa tidak ada kemajuan dalam dua masalah utama, yaitu menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di beberapa situs lama yang tidak dideklarasikan, dan mendapatkan akses mendesak ke beberapa peralatan pemantauan, sehingga badan tersebut dapat terus melacak bagian-bagian nuklir Iran dalam program seperti yang ada dalam kesepakatan 2015.
Pembicaraan terpisah dan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran agar keduanya kembali mematuhi kesepakatan, telah dihentikan sejak Juni. Washington dan sekutu Eropanya telah mendesak pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi, yang mulai menjabat pada Agustus 2021, untuk kembali ke perundingan.
Di bawah kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar, Teheran menyetujui pembatasan kegiatan nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Namun, Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan pada 2018 dan memperkenalkan kembali sanksi ekonominya.
Iran menanggapi pada 2019 dengan melanggar banyak batasan inti kesepakatan, seperti memperkaya uranium ke kemurnian yang lebih tinggi, yang membuatnya lebih dekat kepada bahan senjata nuklir. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB