Teheran, MINA – “Iran harus melanjutkan “kegiatan ekonomi, sosial dan budaya sambil memperhatikan protokol kesehatan,” kata Presiden Hassan Rouhani dalam pertemuan satgas virus yang disiarkan televisi, Sabtu (11/7).
Ia mengatakan, hal itu karena Pemerintah Iran mengatakan bahwa tidak mampu untuk mengatasi masalah ekonominya yang terkena sanksi, sementara wabah virus corona yang paling mematikan di Timur Tengah memburuk dengan angka kematian tertinggi dan infeksi meningkat.
“Solusi paling sederhana adalah menutup semua kegiatan, (tetapi) keesokan harinya, orang-orang akan keluar untuk memprotes (mengakibatkan) kekacauan, kelaparan, kesulitan dan tekanan,” tambahnya, demikian yang dikutip dari Nahar Net.
Iran telah berjuang sejak akhir Februari untuk menahan wabah COVID-19 di negara itu, yang telah menewaskan lebih dari 12.400 orang dan menginfeksi lebih dari 252.000.
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Kebakaran Los Angeles Meningkat Jadi 24 Orang
Kematian akibat penyakit pernapasan itu mencapai 221 pada Kamis, rekor kematian dalam satu hari di Iran.
Negara itu menutup sekolah, membatalkan acara-acara publik dan melarang gerakan di antara 31 provinsi pada bulan Maret, tetapi pemerintah Rouhani secara progresif mencabut pembatasan sejak April untuk membuka kembali perekonomian.
Meningkatnya jumlah wabah telah mendorong pihak berwenang untuk mewajibkan penggunaan masker di ruang publik tertutup dan mengizinkan provinsi yang paling terdampak untuk memberlakukan kembali tindakan pembatasan.
Iran telah mengalami penurunan ekonomi yang tajam setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir penting pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Baca Juga: Demonstrasi di Libya Tolak Normalisasi dengan Israel
Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi Iran akan menyusut enam persen tahun ini. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menteri Luar Negeri Italia Kunjungi Suriah, Hidupkan Kembali Hubungan