Berlin, MINA – Inspektur dari pengawas atom PBB membenarkan bahwa Iran telah mulai membangun pabrik perakitan sentrifugal bawah tanah, setelah yang sebelumnya meledak yang Teheran sebut sebagai serangan sabotase saat musim panas.
Dalam sebuah wawancara di Berlin, Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Selasa (27/10) mengatakan, Iran terus menimbun uranium yang diperkaya rendah dalam jumlah yang lebih besar, tetapi tampaknya tidak cukup untuk memproduksi senjata, Asharq Al-Awsat melaporkan.
Menyusul ledakan Juli di situs nuklir Natanz, Pemerintah Teheran mengatakan akan membangun struktur baru yang lebih aman di pegunungan di sekitar daerah tersebut.
Namun, gambar satelit Natanz yang dianalisis oleh para ahli belum menunjukkan tanda-tanda konstruksi yang jelas di situs di provinsi Isfahan, Iran tengah.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Mereka sudah mulai, tapi belum selesai,” kata Grossi. “Ini proses yang panjang.”
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut dan mengatakan itu “informasi rahasia.”
Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kepala Departemen Nuklir Iran Ali Akbar Salehi bulan lalu mengatakan kepada televisi pemerintah, fasilitas di atas tanah yang hancur sedang diganti dengan fasilitas “di jantung pegunungan di sekitar Natanz.”
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Natanz menjadi tempat fasilitas pengayaan uranium utama negara. Di aula bawah tanahnya yang panjang, sentrifugal dengan cepat memutar gas uranium heksafluorida untuk memperkaya uranium.
Natanz menjadi titik nyala ketakutan Barat tentang program nuklir Iran pada 2002, ketika foto satelit menunjukkan Iran membangun fasilitas bawah tanah di situs itu, sekitar 200 kilometer (125 mil) selatan ibu kota, Teheran.
Pada tahun 2003, IAEA mengunjungi Natanz, yang menurut Iran akan menampung sentrifugal untuk program nuklirnya, terkubur di bawah beton sekitar 7,6 meter (25 kaki) yang menawarkan perlindungan dari potensi serangan udara, yang juga dijaga oleh posisi anti-pesawat.
Natanz telah menjadi sasaran virus komputer Stuxnet sebelumnya, yang diyakini adalah ciptaan AS dan Israel. Iran belum mengatakan siapa yang disangka melakukan sabotase dalam insiden Juli itu. Kecurigaan juga ditujukan kepada Israel, meskipun ada klaim tanggung jawab oleh kelompok yang sebelumnya tidak pernah terdengar namanya. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj News Agency (MINA)