Depok, 21 Rabi’ul Akhir 1436/11 Februari 2015 (MINA) – Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit mengatakan Iran merupakan pasar potensial yang besar bagi Indonesia. Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara dalam acara Public Lecture di Universitas Indonesia, Depok (11/2).
Menurut Dian, saat ini Iran sedang menjalani sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa sehingga mereka membutuhkan rekan untuk menjalin kerjasama.
Dian mengatakan, Iran sering kail dinilai tak mampu berbuat apa-apa seperti berdagang, kirim turis, atau tidak bisa berbuat apapun termasuk kerjasama budaya, karena negara itu dikenakan sanksi.
“Persepsi itu saya kira tidak akurat, karena negara lain itu bisa berdagang, buktinya Malaysia dan Singapura mempunyai nilai dagang yang lebih besar dari kita,” jelasnya.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
Terkait hubungan kedua negara, hal yang dinilai Dian sangat penting yaitu mengenai persepsi Indonesia terhadap Iran yang perlu diluruskan.
“Sedangkan Philipina, Thailand, dan Vitnam sebentar lagi mungkin akan melebihi kita dalam hal perdagangan, karena mereka sangat agresif dalam mencari pasar produk mereka,” kata Dian.
Ia menambahkan, Indonesia harus dapat memanfaatkan kesempatan kerjasama dengan Iran, karena Iran memiliki berbagai potensi strategis di antaranya minyak dan gas (migas) yang luar biasa sementara Indonesia melakukan impor setengah dari kebutuhan migasnya.
Hubungan kedua negara sebenarnya sudah ada kerjasama, namun baru sebatas MoU. “MoU sudah ditandatangani, tapi MoU itu baru langkah awal, yang penting implementasinya,” katanya.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Ekonomi Iran adalah campuran Ekonomi Perencanaan Sentral dengan sumber minyak dan perusahaan-perusahaan utamanya dimiliki pemerintahan, dan juga terdapat beberapa perusahaan swasta. Pertumbuhan ekonomi Iran stabil semenjak dua abad yang lalu.
Pada awal abad ke-21, persenan sektor jasa dalam pengeluaran negara kasarnya, PNK, adalah yang tertinggi, diikuti dengan pertambangan dan pertanian. 45% belanja negara adalah hasil pertambangan minyak dan gas alam, dan 31% dari cukai. Pada 2004, PNK Iran diperkirakan sebanyak $163 miliar atau $2.440 per kapita.
Rekan dagang Iran adalah Cina, Rusia, Jerman, Perancis, Italia, Jepang dan Korea Selatan. Sementara itu, semenjak lewat 90-an, Iran mulai meningkatkan kerjasama ekonomi dengan beberapa negara berkembang termasuk Suriah, India dan Afrika Selatan.(L/P009/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
Baca Juga: [BEDAH BERITA MINA] ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu dan Gallant, Akankah Terwujud?