Teheran, MINA – Pembicaraan di Wina tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia telah mencapai ‘poin sensitif’.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, negara-negara Barat harus mengambil pendekatan realistis untuk menyelesaikan masalah yang tersisa.
“Pembicaraan nuklir di Wina mencapai titik sensitif, dan poin penting,” kata Hossein Amirabdollahian saat konferensi pers dengan rekannya dari Oman di Teheran pada Rabu (23/2), demikian Arab News melaporkan.
“Kami bertanya-tanya apakah pihak Barat dapat mengadopsi pendekatan realistis untuk membahas poin-poin pembicaraan yang tersisa,” tambahnya.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Media barat melaporkan pekan lalu bahwa kesepakatan AS-Iran mulai terbentuk di Wina, setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung untuk menghidupkan kembali pakta nuklir, yang ditinggalkan pada 2018 oleh Presiden AS Donald Trump, yang juga menerapkan kembali sanksi ekstensif terhadap Iran.
Kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia membatasi pengayaan uranium Teheran, untuk mempersulitnya mengembangkan bahan senjata nuklir.
Iran ingin imbalan pencabutan sanksi internasional terhadapnya.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berusaha menghidupkan kembali kesepakatan itu dalam pembicaraan yang diawasi ketat oleh beberapa negara Teluk yang prihatin dengan program rudal Iran dan proksi regional. (T/R6/P1)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Mi’raj News Agency (MINA)