Teheran, MINA – Iran siap mempertimbangkan pengerahan pasukan ke Suriah, tempat pasukan pemerintah memerangi kebangkitan militan, jika Damaskus mengajukan permintaan resmi, kata Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi.
Mengutip dari Press TV, Rabu (4/120, dalam wawancara dengan kantor berita milik Qatar, The New Arab, Araghchi memperingatkan bahwa serangan mendadak oleh kelompok militan di Suriah barat laut dapat menimbulkan ancaman keamanan yang lebih serius bagi negara-negara tetangga, seperti Turkiye dan Irak, daripada bagi Iran.
Ia menyatakan kekhawatirannya tentang potensi runtuhnya proses Astana, sebuah inisiatif diplomatik yang dimulai pada tahun 2017 dan melibatkan tiga negara penjamin utama: Rusia, Turkiye, dan Iran.
Proses Astana dibentuk untuk memfasilitasi dialog dan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan konflik Suriah, tetapi efektivitasnya telah ditinjau ulang karena kekerasan militan terus meningkat.
Baca Juga: Majelis Umum PBB Sepakat Adakan KTT tentang Konflik Israel-Palestina
Berdasarkan inisiatif itu, ketiga negara berkomitmen mencegah kebangkitan militansi di Suriah. Namun, lonjakan aktivitas bersenjata baru-baru ini telah menimbulkan kritik terhadap Turkiye, pendukung utama militansi yang didukung asing di Suriah sejak 2011, karena gagal menegakkan kewajibannya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Google Khawatirkan Reputasi Perusahaan setelah Jalin Kontrak dengan Israel