Iran Tuduh AS Kampanyekan ‘Iranophobia’

Foto: Getty

Riyadh, 25 Sya’ban 1428/22 Mei 2017 (MINA) – Pernyataan yang menuduh (AS) menyebarkan skenario ‘Iranophobia’ mendapat teguran keras dari para ahli yang menggambarkan Teheran sebagai negara yang mensponsori terorisme.

Mengacu pada kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Arab Saudi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi menyebut pernyataan AS tidak berdasar,

“Sekali lagi, klaimnya yang berulang dan tidak berdasar tentang Iran, Presiden Amerika … mencoba mendorong negara-negara di kawasan untuk membeli lebih banyak senjata dengan menyebarkan Iranophobia,” ujarnya.

Tuduhan itu langsung dipatahkan oleh mantan diplomat AS dan analis politik Ali Khedery.

“Ini bukan Iranophobia, ini adalah kejelasan strategis (Presiden) Trump dan sekutu regional kami,” ujar Khedery kepada Arab News. Bahkan ia menyebut tangan Iran berlumuran darah.

“Sejak revolusi Islam tahun 1979, Iran telah membunuh dan melukai ribuan tentara Amerika dan warga sipil kita,” kata Khedery.

“Itu dimulai dengan krisis sandera Kedutaan Besar AS, tempat para diplomat kami ditahan selama 444 hari. Kemudian Iran ikutserta beraksi pengeboman kedutaan kami di Beirut pada 1982, kemudian barak Marinir pada 1983. Di saping itu Iran memiliki peran dalam aksi pengeboman Towers Khobar di Arab Saudi pada 1996, dan serangan teroris dengan target Yahudi di Argentina pada akhir 1990an,” ujarnya.

Khedery menambahkan, Iran telah berurusan dengan Osama bin Laden dan Al-Qaeda selama beberapa dekade.

“Iran juga memelihara hubungan dengan Taliban, dan telah memfasilitasi berbagai kegiatan teroris di Afghanistan yang mengakibatkan pembunuhan dan melukai tentara kita dan warga sipil Afghanistan,” kata dia.

Teheran, ia melanjutkan, telah melakukan hal yang sama di Irak sejak tahun 2003, membunuh dan melukai ribuan tentara AS, terutama lewat milisi Syiah mereka. Mereka disebut berpartisipasi dalam aksi pembunuhan dan melukai ribuan warga sipil Irak.

“Iran, kelompok Hizbullah, dan Rusia telah menjadi pendukung utama Presiden Suriah Bashar Assad saat dia melakukan holocaust modern, membunuh sekitar setengah juta orang Suriah, melukai satu juta lainnya dan membuat sekitar 11 juta orang tergusur,” kata Khedery.

Oubai Shahbandar, seorang pakar Suriah dan AS di New America Foundation’s International Security Program, mengatakan Teheran tampaknya berusaha keras memberikan komplain ketika Koalisi AS dan Arab bersatu membuka aktivitas kejahatannya yang sangat nyata dan berbahaya.

Ia menyebut Presiden Iran Hassan Rouhani yang terpilih kembali sedang menunjukkan bahwa dia dapat mengendalikan Korps Garda Revolusioner Islam (IRGC) dan pasukan militan Syiah yang mereka tangani dan danai untuk merusak stabilitas kawasan Timur Tengah.

“(Pernyataan Trump) bukan Iranophobia, tapi itu nalar yang wajar,” ujarnya kepada Arab News.

Sarjana Harvard dan pakar masalah Iran, Majid Rafizadeh, menyebut Iran memainkan standar ganda karena menuduh AS atau negara lain Iranophobia.

“Secara militer, strategis, ideologis dan geopolitik, beberapa pilar inti pendirian politik Iran – selama hampir empat dekade sejak didirikannya Republik Islam pada 1979 – telah anti-Amerikanisme, merusak kepentingan nasional AS, memicu kebencian terhadap AS, meneriakkan slogan ‘Death to America’ dan ‘The Great Satan’, dan menggeser tujuan kebijakan luar negeri AS dan sekutu-sekutunya,” Rafizadeh menegaskan. (R11/P1)

Miraj Islamic News Agency (MINA)