Iran Umumkan Rayakan Valentine sebagai Tindak Kriminal

An Iranian woman looks at the window display of a gift shop in Tehran on Valentine's Day, February 14, 2008. AFP PHOTO/ATTA KENARE (Photo credit should read ATTA KENARE/AFP/Getty Images)
Toko asessoris di Teheran tahun 2008 (newsfeed.time)

Teheran, 6 Jumadil Awwal 1437/14 Februari 2016 (MINA) – Pemerintah mengumumkan bahwa pihak kepolisian diperintahkan untuk menindak warga yang merayakan Hari Valentine karena termasuk tindak kriminal.

Pengumuman yang disampaikan melalui berbagai media pada Sabtu (13/2) waktu setempat sehari menjelang Hari Valentine, menyebutkan, bahwa perayaan itu merupakan budaya Barat.

“Hal ini untuk menghindari pertemuan laki-laki dan perempuan untuk saling bertukar kado Valentine,” bunyi pengumuman seperti disebutkan New York Post, Sabtu (13/2).

Pengumuman menambahkan, toko-toko yang menjual terkait Valentine juga akan disita karena dianggap terlibat kejahatan.

Pemerintah setempat menyatakan perayaan Valentine setiap tanggal 14 Februari merupakan pendewaan terhadap asmara laki-laki dan perempuan saling  bertemu, sebagai tradisi yang mulai populer dalam beberapa tahun terakhir di Iran dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

Assesoris Valentine Tidak Dijual

Seorang pegawai toko di Teheran, Mahmoud segera menyembunyikan keranjang anyaman penuh assesoris warna dan cokelat dari etalase tokonya.

Beberapa pekan sebelumnya, Mahmoud antusias menjual barang-barang pada Hari Valentine. Namun kemudian setelah pengumuman mendadak itu, dan seorang agen dari departemen kepolisian datang dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan menghadapi tindakan hukum jika ia terus menjual pernik-pernik Hari Valentine.

“Saya memutuskan bahwa akan lebih baik jika saya tidak menampilkan barang dagangan Hari Valentine,” kata Mahmoud, yang berjualan di toko utara Teheran kepada Iran Wire.

Di sebuah kafe Coffee Shops Guild terpasang pengumuman, “Bisnis tidak diperbolehkan untuk mempromosikan dan menawarkan barang apapun untuk perayaan Hari Valentine. Remaja laki-laki dan perempuan tidak bisa bertemu untuk bertukar hadiah seperti boneka dan bunga atau cokelat dalam cafe. Jika mereka melakukannya, pihak kafe ikut bertanggung jawab dan menghadapi konsekuensi. ”

Sadegh, pemilik toko kartu di pusat kota Teheran, saat ini tokonya penuh dengan kartu Hari Valentine dan aneka boneka merah kecil dengan hati menggantung di dinding. Tapi dia bilang dia belum menerima peringatan apapun.

Sejak empat tahun lalu, Biro Bea Cukai Iran pun telah menerbitkan larangan impor dan penjualan barang dagangan yang mempromosikan Hari Valentine.

Dewan Tertinggi Komite Revolusi Bidang Kebudayaan memerintahkan larangan itu dalam sebuah surat kepada Kepala Biro Bea Cukai, dengan menyebut Hari Valentine adalah contoh yang jelas dari invasi budaya anti-agama oleh imperialis kapitalis untuk melemahkan nilai-nilai keluarga di Republik Islam Iran. (T/P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)