IRI Gelar Peluncuran dan Sosialisasi Buku Panduan Keagamaan Kehutanan dan Masyarakat Adat

(Foto: tangkapan layar)

Jakarta, MINA – Interfaith Rainforest inititative () atau Prakarsa Lintas Agama untuk menggelar Peluncuran dan Sosialisasi Tentang Kehutanan dan Masyarakat Adat di Jakarta, Jumat (16/12).

Fasilitator Nasional IRI untuk Indonesia Dr. Hayu S Prabowo, menyampaikan kegiatan ini sebagai sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat tentang perlindungan hutan melalui pemikiran dan tuntunan agama dalam buku perlindungan hutan tropis.

“Sebanyak enam set buku panduan dan khutbah atau ceramah keagamaan tentang perlindungan hutan tropis telah disiapkan oleh tim penulis dari enam organisasi agama di Indonesia,” kata Hayu saat menyampaikan pengantar pada Peluncuran dan Sosialisasi Panduan Keagamaan Tentang Kehutanan dan Masyarakat Adat oleh IRI di Jakarta, Jumat (16/12).

Acara ini diikuti 200 pemuka agama dari enam organisasi keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, di mana lima tokoh keagamaan hadir secara luruing dan 20 hadir daring dari delapan majelis keagamaan.

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH SDA ) juga mengatakan, agenda ini juga menjadi langkah awal untuk pembekalan pada para pemimpin agama dengan pengetahuan, perangkat pendidikan, dan pelatihan yang diperlukan untuk menjadi pendukung efektif untuk perlindungan hutan tropis.

“Komunitas lintas agama adalah salah satu potensi besar yang terdapat di Indonesia yang diperlukan dalam konteks kepemimpinan dan membangun penyadartahuan untuk membangun perubahan perilaku tentang lingkungan hidup, khususnya perlindungan hutan tropis, agar terjadi lebih memasyarakat,” kata Hayu.

Kerjasama lintas agama sangat penting untuk menghentikan penggundulan hutan tropis. Sudah saatnya untuk meningkatkan perlindungan hutan tropis dan hak-hak masyarakat adat menjadi perhatian moral bersama dan prioritas agama.

Hayu juga menilai, upaya-upaya konservasi atau pelestarian lingkungan hidup selama ini lazimnya selalu dilakukan dengan pendekatan saintifik yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang umumnya dijelaskan dengan bahasa- bahasa akademik yang seringkali sulit dipahami oleh masyarakat awam.

“Untuk itu diperlukan suatu bentuk pesan moral dan pesan sosial lainnya berupa hukum normatif keagamaan. Pendekatan dengan bahasa agama dapat melengkapi pesan rasionalis, sehingga pesan dapat lebih persuasif dan memotivasi masyarakat untuk menjalani kehidupan lebih baik di dunia dan akhirat nanti,” ungkasnya.

Oleh karenanya, lanjut Hayu, akhir-akhir ini para praktisi konservasi dunia mulai menggunakan upaya konservasi dengan pendekatan keyakinan atau berdasarkan keimanan.

Platform IRI Indonesia menjadi wadah bagi para pemimpin agama dan komunitas agama untuk bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha dalam aksi-aksi yang melindungi hutan tropis dan melindungi mereka yang berperan sebagai penjaganya.

Perkumpulan ini adalah aliansi internasional lintas agama yang berupaya memberikan urgensi moral dan kepemimpinan berbasis agama pada upaya global untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis.

Prakarsa ini percaya bahwa sudah tiba saatnya bagi gerakan dunia untuk merawat hutan tropis, yang didasarkan pada nilai yang melekat pada hutan, dan diilhami oleh nilai-nilai, etika, dan panduan moral keagamaan.

Prakarsa ini bergerak secara global untuk membawakan suara moral tentang perlindungan hutan ke forum pembuat kebijakan internasional tentang lingkungan, perubahan iklim, masalah masyarakat adat dan pembangunan berkelanjutan.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.