Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sejumlah serangan penembakan dan peledakan bom dalam satu malam, Jumat, 13 November 2015 di Paris, yang begitu terorganisir dan “sukses besar”, telah mengejutkan dunia internasional. Terlebih data terakhir menunjukkan 129 korban tewas dan 352 luka-luka.
Mengejutkan. Sebuah negara besar sekelas Perancis, negara produsen senjata militer dunia, bisa jebol oleh serangkaian serangan besar dalam satu malam oleh kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) yang “katanya” bertanggungjawab atas serangan itu.
Runutan waktu serangan
Baca Juga: Meraih Syafaat Melalui Shalawat
Jaksa Paris Francois Molins membeberkan kronologis serangan di Paris Jumat malam itu:
Pada pukul 09:20 malam waktu Paris, seorang penyerang meledakkan rompi peledak di tubuhnya dekat gerbang stadion olahraga Stade de France di pinggiran utara Saint-Denis, di mana Presiden Francois Hollande dan Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier sedang menonton pertandingan sepakbola persahabatan. Mereka segera dievakuasi. Ledakan itu menewaskan pembom dan orang yang lewat.
Lima menit setelah itu, seorang pria bersenjata mulai menembaki pengunjung yang duduk di teras bar Le Carillon dan restoran Petit Cambodge, di Distrik 10 Paris, menewaskan 15 orang dan melukai parah 10 orang.
Lalu 25 menit kemudian, seorang pembom bunuh diri kedua meledakkan bom, membunuh dirinya sendiri di luar Stadion Stade de France.
Baca Juga: Perjuangan Palestina di PBB, Mungkinkah Berhasil?
Molins mengatakan, sebuah paspor Suriah ditemukan di salah satu pelaku bom bunuh diri. Intelijen Perancis mengungkapkan, pelaku adalah Warga Nasional Suriah kelahiran 1990.
Di sisi lain di Paris, pada pukul 09.32 malam, sejumlah pria bersenjata melepaskan tembakan di depan Bar A La Bonne Biere di Distrik 11, menewaskan lima orang dan melukai parah delapan lainnya.
Empat menit kemudian, orang-orang bersenjata membunuh 19 orang lainnya yang duduk di teras Restoran La Belle Equipe di dekat rue de Charonne. Sembilan orang juga terluka parah.
Empat menit kemudian, seorang pembom bunuh diri meledak di dalam restoran Le Comptoir Voltaire di Boulevard Voltaire, juga di Distrik 11, melukai parah satu orang.
Baca Juga: Kekuatan Sabar dalam Menghadapi Ujian Hidup
Secara bersamaan, sebuah mobil berhenti di depan konser Bataclan. Beberapa pria bersenjata memasuki teater saat konser heavy rock band asal Amerika Serikat, Eagles of Death Metal. Pria bersenjata menembak tanpa pandang bulu di kerumunan, menewaskan sekitar 89 orang dan melukai beberapa orang lainnya.
Para penyerang di konser Bataclan menyebutkan kata “Suriah” dan “Irak” selama penyanderaan. Salah satu penyerang adalah warga Perancis yang lahir di Courcouronnes, pinggiran Paris pada 1985, dengan catatan kriminal antara 2004 dan 2006. Intelijen melaporkan bahwa ia seorang “radikal” di tahun 2010.
Pada 09:53 waktu setempat, seorang pembom bunuh diri ketiga meledak di dekat Stadion Stade de France.
Pada 00:20 Sabtu dini hari waktu setempat, pasukan polisi menyerbu masuk ke konser Bataclan sebagai upaya untuk membebaskan para sandera. Tiga penyerang tewas, satu ditembak dan dua lainnya bunuh diri menggunakan rompi peledaknya.
Baca Juga: Menjaga Masjid Al-Aqsa, Tanggung Jawab Setiap Muslim di Seluruh Dunia
Jaksa Molins mengatakan, total tujuh teroris yang tewas dan semuanya memiliki rompi peledak sama yang dirancang untuk membunuh orang banyak.
PM Perancis Deklarasikan Perang
“Apa yang saya ingin beritahu kepada rakyat Perancis adalah ‘kita berperang’,” kata Perdana Menteri Perancis Manuel Valls melalui televisi Perancis TF1.
“Kita berperang … melawan musuh yang sangat terorganisasi dengan baik. Dan kita akan menang perang.”
Baca Juga: Lima Kelemahan Manusia di Dalam Al-Quran
Valls mengatakan, Perancis akan terus melakukan serangan udara di Suriah melawan ISIS.
“Karena kita berperang, kita akan mengambil langkah-langkah yang luar biasa. Kita tidak hanya menyerang mereka di Perancis, tetapi juga di Suriah dan Irak, dan kita akan merespon pada tingkat yang sama seperti serangan (mereka) ini dengan tekad dan kemauan untuk menghancurkan,” katanya.
“Kami akan melanjutkan operasi kami di Suriah. ISIS adalah musuh.”
Perdana Menteri Perancis itu juga mengatakan, negaranya tidak berniat membatalkan pembicaraan perubahan iklim PBB yang akan diadakan di Paris dua pekan lagi, maupun pemilihan kepala daerah berikutnya pada Desember.
Baca Juga: Sejarah Nama Batik, Antara Abjad Arab Ba dan Titik
Sebanyak 1.500 tentara Perancis telah dikerahkan di berbagai bagian ibukota yang masih menyisakan ketegangan.
Serangan Jumat (13/11) malam di Paris telah diakui oleh ISIS sebagai pihak yang bertanggung jawab melalui sebuah pernyataan yang diposting online sehari setelahnya.
“Delapan bersaudara mengenakan sabuk peledak dan membawa senapan serbu,” kata pernyataan itu. “(Melakukan) serangan yang diberkati terhadap … Crusader Perancis.”
Pernyataan yang diterbitkan dalam bahasa Arab dan Perancis itu juga mengancam akan melakukan serangan lanjutan terhadap Perancis.
Baca Juga: Marissa Haque, Artis Berhijab, Penulis Buku dan Peduli Palestina
ISIS mengatakan, Perancis bersalah terhadap Muslim karena menyerang kekhalifahan dengan pesawat mereka.
Perancis adalah bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat yang melakukan perang udara terhadap ISIS di Suriah dan Irak.
Perancis telah melakukan serangan udara di Irak selama lebih setahun yang kemudian diperpanjang untuk Suriah pada bulan September.
Presiden Perancis Francois Hollande menyebut serangan terkoordinasi di Paris adalah sebuah “tindakan perang melawan Perancis”.
Baca Juga: Enam Keutamaan Umrah ke Baitullah
ISIS juga merilis sebuah video yang mengancam akan menyerang Perancis jika terus membom pejuangnya.
“Selama Anda tetap membom, Anda tidak akan hidup dalam damai. Anda akan takut bepergian ke pasar,” kata seorang militan berjenggot dengan bahasa Arab, diapit oleh pejuang lainnya dalam rekaman video.
Perang antara ISIS dan Perancis tentunya akan kian meningkat, terutama peran militer Perancis di Suriah dan Irak. Kesukseksan ISIS dalam menciptakan ketakutan di Paris, tidak terlihat akan membuat Pemerintah Perancis menarik perannya dalam memerangi ISIS.
Mengacu pada serangan-serangan besar yang diklaim oleh ISIS atau Al-Qaeda di beberapa negara Eropa sebelumnya, imbas serangan di Paris kemungkinan besar juga akan berimbas negatif kepada warga Muslim di negara-negara Eropa, terutama di Perancis sendiri. (P001/R05)
Baca Juga: Polemik Nasab Ba’alawi di Media Sosial dan Dampaknya kepada Umat
Sumber: Anadolu Agency dan Al Arabiya
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mengambil Ibrah dari Kisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam (Bagian IV)