Tel Temir, Suriah, 24 Rajab 1436/13 Mei 2015 (MINA) – Jaringan Hak Asasi Manusia Asyur (ANHR) mengungkapkan, Senin (11/5), negosiasi antara beberapa pemimpin etnis Asyur dan kelompok Islamic State atau ISIS tentang pembebasan sandera warga Asyur, dihentikan.
Kebuntuan itu terjadi setelah ISIS meminta $ 22 juta sebagai tebusan untuk pembebasan mereka.
Berbicara kepada ARA News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), aktivis hak-hak sipil dari kota Tel Temir, provinsi Hasakah, timur laut Suriah, mengatakan, perundingan rahasia yang terjadi antara anggota terkemuka etnis Asyur dan ISIS, dimediasi oleh tokoh-tokoh suku Arab.
“Kelompok ini, meminta sejumlah besar uang, mereka sedang mencoba melakukan lebih banyak tekanan pada koalisi internasional yang dipimpin AS (Amerika Serikat),” kata seorang sumber Asyur dengan status anonimitas.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menurut sumber, ISIS dapat membunuh beberapa sandera Asyur untuk mencoba memaksa negosiator membayar uang tebusan.
Uang tebusan merupakan sumber keuangan utama ISIS untuk menutupi biaya operasi militernya di Suriah dan Irak.
Sekitar 212 sandera Asyur ditawan ISIS di provinsi Hasakah, setelah kelompok menyerbu desa Asyur di pedesaan Tel Temir di provinsi itu. Di antara sandera setidaknya ada 84 perempuan, 39 anak-anak dan puluhan orang tua.
ANHR menyatakan keprihatinan mendalam tentang nasib para sandera Asyur. Lembaga itu menyeru masyarakat internasional untuk campur tangan dan membantu melepaskan mereka dari tangan ISIS.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
ISIS menculik 235 warga sipil di pedesaan Tel Temir pada 23 Februari. Sebanyak 23 sandera telah dibebaskan, sementara 212 lainnya masih ditahan oleh ISIS.
Asyur adalah etnis tua di Suriah yang menganut agama Kristen. Mereka menjadi target tahanan bagi ISIS untuk menuntut uang tebusan. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata