Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Agama Islam adalah agama yang lurus, penuh toleransi, mengajarkan kedamaian, cinta kasih, persaudaraan dan persahabatan.
Agama Islam juga mengajarkan persatuan atas kebenaran dan kesatuan dalam peribadatan.
Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat/49: 10).
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab (keturunan).
Hubungan persaudaraan antara orang-orang beriman pada ayat tersebut menggunakan kata ikhwatun (إخوة). Padahal lafadz ikhwatun dalam bahasa Arab mempunyai arti saudara kandung.
Adapun persaudaraan dengan orang lain yang bukan saudara kandung menggunakan kata ikhwanun ( إخوان ).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Hal tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan tuntunan firman Allah, semestinyalah setiap orang-orang beriman itu menganggap dan memperlakukan orang beriman lainnya seperti saudara kandungnya sendiri.
Karena itu, hendaknya antara orang-orang beriman itu selalu berupaya menumbuhkan, memupuk dan menjaga persaudaraan dengan orang beriman lainnya, layaknya ia melakukannya terhadap saudara kandungnya sendiri.
Di dalam sebuah hadits ditegaskan:
لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Artinya: “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling menyakiti, janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi, dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara untuk Muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim atas Muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Bahkan, sesama orang beriman itu saling mendoakan dalam kebaikan, saat berjauhan, dan walaupun tanpa sepengetahuan saudaranya itu.
Seperti disebutkan di dalam hadits :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.
Artinya: “Do’a seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin’, dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (HR Muslim).
Agama Perdamaian
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Begitulah, melalui ikatan persaudaraan karena Allah itu akan mendorong ke arah perdamaian. Maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama, antar orang beriman itu untuk berdamai dan menjaga takwa.
“…..karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” Begitu Surat Al-Hujurat ayat 10 mengajarkan.
Di dalam Surat Ali Imran ditegaskan lagi:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran/3: 103).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Mengingat agama Islam adalah agama yang mengedepankan perdamaian, maka sesama orang-orang beriman itu selayaknya saling mencintai karena Allah. Bahkan mencintai saudara sesama orang beriman sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Ini seperti dikatakan di dalam sebuah hadits:
وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ – أَوْ لِأَخِيهِ – مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya: “Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba dikatakan beriman hingga ia mencintai tetangganya – atau saudaranya – sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).
Semoga kita sesama orang-orang yang beriman kepada Allah dapat mewujudkan perdamaian, mempererat persatuan dan kesatuan, serta memperkokoh persaudaraan. Aamiin. (A/RS2/P1)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Mi’raj News Agency (MINA)