PAHLAWAN DALAM ISLAM

pahlawannnOleh: Nidiya Fitriyah, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Hari ini, bertepatan pada 10 November, bangsa memperingatinya sebagai hari pahlawan. Hari bersejarah yang mengingatkan bangsa Indonesia akan perjuangan mempertahankan .

Fakta sejarah mencatat, hampir semua pahlawan yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah umat . Beberapa diantaranya, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, dan Patimura.

Sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, tentu saja Islam menempatkan pahlawan sebagai sosok yang mulia di hadapan Allah juga orang-ornag beriman.

Definisi Pahlawan

Pahlawan diambil dari bahasa sansakerta pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya, berarti orang yang menghasilkan buah berkualitas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pahlawan yaitu orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran;pejuang yang gagah berani.

Di Indonesia sendiri, jika kita mendengar kata Pahlawan, secara reflex kita mengingat pejuang-pejuang yang ikut serta dalam kemerdekaan Indonesai. Singkatnya, diartikan sebagai sang pejuang.

Namun, diera saat ini, sebutan pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya, para tenaga Tenaga Kerja Indonesia disebut sebagai pahlawan devisa. Guru yang mengajar di sekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa.

Secara umum, gelar Pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya.

Pahlawan dalam perspektif Islam

Banyak sekali faktor-faktor yang mendorong seseorang menjadi pahlawan, seperti halnya karena keberanian, kegagahan, dan pengorbanan. Dalam Islam, faktor keimanan menjadi yang utama.

Dorongan mereka adalah keimanan, sebagaimana kisah Thariq bin Ziyad, salah satu tokoh pahlawan Islam sang penakluk Konstantinopel, dimana ia berkata “kemana kalian hendak lari? Musuh ada didepan kalian dan laut ada dibelakang kalian? Demi Allah tidak ada keselamatan bagi kalian kecuali dengan keberaniandan keteguhan hati”, dan disanalah letak perbedaan anatar pahlawan Islam dan yang lainnya.

Selain itu, ditinjau dari terminologi Islam, seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah, membela kebenaran atau membela hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah, maka mereka disebut dengan syahid (kata tunggal Bahasa Arab: شَهيد, sedangkan kata jamaknya adalah , Bahasa Arab: شُهَداء).

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh kepemimpinan Rasulullah dan kekhalifahan setelahnya. Ummat muslim berjuang pergi ke medan perang untuk meninggikan kalimatullah, menjalankan aturan-aturan yang bersumber dari wahyu, mengurusi ummat dengan penuh tanggung jawab, mengorbankan harta dan nyawa demi agama yang mulia ini. Dan beruntunglah mereka yang terbunuh didalamnya karna termasuk syahid.

Dan ada keistimewaan bagi orang yang mati syahid, Allah berfirman:

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

“Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh pada jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi, kamu tidak merasa” QS. Al baqarah [2]: 154.

Bagaimana dengan orang-orang yang berkorban bukan karna keimanan kepada Allah dan Rasulnya,? Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

عن جندب بن عبد الله البجلي رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَدْعُوْ عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

Dari Jundub bin Abdullah al-Bajaliy ra berkata, telah bersabda Rosulullah SAW, “Barangsiapa yang terbunuh di bawah bendera ummiyyah (kesesatan) yang disebabkan ia mengajak kepada ashobiyah atau dalam rangka menolong ashobiyah, maka matinya adalah mati jahiliyah”. [HR Muslim]

Kita dapat memahami bahwa orang yang berjuang karena membela sukunya maka ia termasuk mati dalam keadaan Jahiliyyah. Saat ini, ummat muslim terpecah belah dan sangat memungkinkan pertikaian antar bangsa terjadi kita bias melihat di Indonesia yang mayoritas muslim beberapa rakyatnya saling mempertahankan suku-suku dengan jalan pertikaian.

Tugas Generasi Muslim

Generasi awal Islam terkenal dengan ketangguhannya dalam membela Agama, berkaca pada kehidupan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam, serta kisah para sahabat dan pahlawan Islam yang lainya. Mereka yang berperang di jalan Allah. Mereka yang mati, meneteskan peluh dan darahnya untuk membela Agama karena Allah. Dijanjikan atas mereka surga oleh Allah, bahkan orang-orang yang gugur dijalan Allah dimuliakan dengan hidup di sisi Tuhannya.

”Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka bersama-sama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah atas mereka dari para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh; dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. Annisa [4] : 69)

Sebagai generasi penerus, kita harus ingat bahwa Islam mengharuskan kita untuk senantiasa berdakwah, meneruskan perjuangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para pahlawan kita, menanamkan semangat untuk terus untuk mengumandangkan ayat Allah di telinga manusia, menyampaikan ilmu dalam kebaikan, serta saling menasihati untuk menjauhi apa yang dilarang oleh Allah.

“Generasi akhir umat tidak akan membaik, melainkan dengan mengikuti konsep dan metode yang menjadikan ummat terdahulu baik.” Al-Imam Malik bin Anas Rahimullah.

Lalu apa tugas kita mengadapi hari pahlwan ini? Tak lain hanyalah mengikuti apa yang dicontohkan Rasul.Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Para sahabat dan keluarganya juga para tabi’iin, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran dan bergabung dengan orang-orang yang memang menjadi bagian dari orang-orang yang menjalankan apa yang rasul contohkan. Wallahu’alam.(P008/R03)

Disarikan dari berbagai sumber

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Nidiya Fitriyah

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0