Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISLAM DAN TOLERANSI

Admin - Senin, 15 Desember 2014 - 17:20 WIB

Senin, 15 Desember 2014 - 17:20 WIB

4019 Views ㅤ

IMG_0905

Nur Rahmi

Oleh: Nur Rahmi, wartawan kantor berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Sebagian dari kita pernah mendengar ada apa dengan umat Islam, sepertinya hidupnya penuh dengan aturan, bahkan hanya sebatas mengucapkan selamat Natal pun dilarang, bukankah Islam mengajarkan toleransi? Padahal, ketika mereka merayakan hari besarnya, kami (non Muslim) memberi selamat dan ikut memeriahkannya?

Benar sekali, Islam adalah agama yang toleran.  Namun, dalam hal-hal tertentu dan memiliki batasan. Dalam hal mu’amalah, bergaul dalam kesehariannya Allah sangat menganjurkan. Sebagaimana dalam firman-Nya:

 

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

{لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ}

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (dalam urusan dunia) dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah:8).

Namun, jika menyangkut ibadah dan ideologi. Tentu saja tidak ada satu agamapun memberikan ruang kepada para pemeluknya untuk meyakini aqidah agama lain yang mereka anut. Begitu juga dalam Islam.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

“Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6).

Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain (non Muslim) untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka. Dalam ayat lain dijelaskan:

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ

Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al Isra’: 84)

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)

لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ

Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu.” (QS. Al Qashshash: 55)

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).

Inilah prinsip yang diajarkan oleh Islam pada kita seorang muslim. Jika Anda sebagai seorang muslim, harus memiliki prinsip ini. Karena dengan berpegang pada prinsip ini, agamanya akan terjaga. Berbeda halnya jika ia terlalu loyal atau menunjukkan kasih dan sayang pada non-muslim, ini akan membuat agamanya lambat laun akan pudar.

Toleransi dalam Islam

Inilah ayat Allah yang menuntun kita untuk memahami makna dari toleransi, prinsipnya toleransi yang termaktub dalam firman-Nya yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada menyangkut dengan hal agama (aqidah).

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

 

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247). Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada setiap agama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 14: 81.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Bentuk Toleransi dalam Islam

Bagaimana wujud toleransi yang diajarkan oleh Islam? Banyak yang bisa kita lakukan diantaranya Islam mengajarakan kita untuk saling tolong menolong kepada siapapun, tidak terkecuali non Musli. Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda,

فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)

Lalu bagaimana sikap kita kepada kerabat (saudara) atau bahkan orang tua kita yang berlainan keyakinan (non Muslim)? Islam memerintahkan umatnya untuk tetap menjalin hubungan kepada kerabat, saudara bahkan orang tua mereka, meski tidak seiman.  Allah Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Seperti kisah  Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam  untuk tetap menjalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.”

Bagaimana mestinya muslim bersikap ?

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Suatu ketika Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mereka menawarkan pada beliau,

يا محمد ، هلم فلنعبد ما تعبد ، وتعبد ما نعبد ، ونشترك نحن وأنت في أمرنا كله ، فإن كان الذي جئت به خيرا مما بأيدينا ، كنا قد شاركناك فيه ، وأخذنا بحظنا منه . وإن كان الذي بأيدينا خيرا مما بيدك ، كنت قد شركتنا في أمرنا ، وأخذت بحظك منه

“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425)

Tawaran inilah yang melatarbelakangi Allah menurunkan surah Al-Kafirun:

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Inialah sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam menyikapi toleransi kepada Kuffar ketika beliau diajak untuk mengamalkan sebahagian keyakinan diluar kepercayaannya. Namun beliau menolak ! ! !

Begitulah prinsip Islam, lakum diinukum wa liya diin (bagimu agamamu dan untukku agamaku). Jadi jelas, toleransi itu bukannya ikut-ikutan, tapi membiarkan dan tidak mengganggu atau mengusik mereka melakukan peribatan dan segala aktifitas mereka. Wallahu’alam.(L/P004/R03)

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

 

 

Miraj Islamic News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
MINA Health
Kolom
Indonesia
Kolom