Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Landasan
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِين
Artinya : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’; 21:107).
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Dalam ayat itu, “rahmatan lil-’alamin” dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Yaitu bahwa, Allah tidaklah menjadikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam.
Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhumamenyatakan, “Orang yang beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka akan memperoleh rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sempurna di dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada beliau, maka akan diselamatkan dari azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti diubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit.”
Sehubungan dengan ayat tersebut, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberitahukan sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai rahmat untuk seluruh alam. Yakni Allah telah mengutusnya untuk menjadi rahmat bagi mereka semuanya. Maka, barang siapa menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini, pasti dia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Namun, barangsiapa menolak rahmat ini dan menentangnya, pasti dia akan merugi di dunia dan di akhirat.
Rahmat ini meliputi seluruhnya. Termasuk alam ini, maka Islam mengajarkan untuk mencintai alam dan menjaganya, serta melarang berbuat berbagai kerusakan di muka bumi. Maka dari itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan itu semua adalah bentuk dalam rangka beribadah kepada Allah.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan jangan sampai justru merusak alam :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum; 30: 41)
Maka kehadiran Al-Qur’an juga merupakan rahmat bagi yang mengimaninya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
يَأَيُّهَاالنَّاسُ قَدْجَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌلِمَافِى الصُّدُوْرِوَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya : “Wahai manusia, sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (QS Yunus; 10:57).
Berkaitan dengan ayat tersebut, di dalam Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Departemen Agama Indonesia dijelaskan beberapa hal penting, di antaranya:
Mau’idzah, artinya pelajaran dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi agar mereka mencintai perkara yang benar, serta menjauhi perkara yang buruk. Pelajaran seperti ini harus terwujud dalam perbuatan mereka.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
As-Syifa, maknanya obat bagi segala penyakit hati, seperti syirik, nifak, kufur, dan penyakit lainnya. Seperti keraguan untuk beriman, kedurhakaan, permusuhan, dan menyukai kedzaliman, serta membenci kebenaran dan kebaikan. Termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman jiwa manusia, seperti mempunyai rasa putus harapan, lemah pendirian, dan selalu memperturutkan hawa nafsu.
Huda, yaitu keterangan tentang kebenaran yang dapat menyelamatkan seseorang dari kesesatan, terutama dalam soal kepercayaan. Petunjuk ke arah jalan lurus yang menyelamatkan manusia dari keyakinan sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaannya agar mereka berkeyakinan yang benar dengan memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal baik dengan melakukan hukum yang berlaku, sehingga mampu membedakan perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari jauh dijauhkan.
Rahmah, yaitu berbuat baik. Rahmat bagi orang-orang yang beriman. Rahmat inilah yang diperoleh kaum mukminin yang bermula mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an, sehingga pengaruhnya ialah, mereka senantiasa ingin melakukan hal-hal yang ma’ruf, membela orang yang kesusahan, mencegah kedzaliman dan menolak penganiayaan, dan kedurhakaan di muka bumi ini.
Rahmah marupakan karunia yang diberikan Allah kepada orang mukmin, yang dapat dipetik dari petunjuk Al-Qur’an. Orang mukmin yang meyakini dan mengamalkan petunjuk dari dalam Al-Qur’an akan merasakan hasilnya, yang di antaranya mereka akan hidup tolong menolong, saling menyayangi, bekerja sama dalam menegakan keadilan, menumpas kejahatan, yang terakhir bekerja sama dalam memperoleh kesejahteraan dalam hidup.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Di antara orang-orang beriman saling bersaudara “ikhwaanaa”. Sebagaimana pernyataan Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali [agama] Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu [masa Jahiliyah] bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk”. (QS. Ali Imran; 3:102-103).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Artinya: “Seorang muslim adalah orang yang menjadikan muslim lainnya merasa selamat dari lisan dan tangan (perbuatannya). Sedangkan muhajir (orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ.
Artinya: “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Bahkan kita disunnahkan untuk saling mendoakan kebaikan sesama saudaranya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri sering meminta doa dari sahabatnya. Seperti permintaan beliau ketika melepas Umar bin Khattab saat akan berangkat umrah :
لاَ تَنْسَنَا يَا اُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ
Artinya: “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Sifat Penuh Rahmat
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah; 9:128).
Ayat ini menjelaskan sifat-sifat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang patut kita teladani dalam kehidupan.
Sifat pertama, beliau berasal dari bangsa dan kalangan kalian sendiri. Menandakan bahwa sikap beliau terhadap umatnya tidak sama dengan sikap para sultan dan raja-raja yang menganggap dirinya lebih baik daripada rakyatnya, sehingga para raja itu tidak pernah bersedia duduk dan hidup bersama rakyat jelata.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Sifat kedua, bahwa beliau mengetahui segala problema dan kesulitan para sahabatnya, dan beliau juga ikut merasakan sedih, susah dan payah yang dialami sahabatnya.
Sifat ketiga, yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa beliau sangat ingin memberi petunjuk kepada umatnya, dan sangat mengharapkan keimanannya. Sesungguhnyalah beliau sangat mencita-citakan kebahagiaan dan kesejahteraan para sahabatnya. Karena itu beliau tidak pernah berhenti berusaha untuk mencapai keinginan beliau itu.
Adapun sifat keempat, ialah bahwa beliau sangat mencintai orang-orang mukmin, dan semua perintah yang beliau keluarkan tak lain didasarkan pada cinta dan kasih beliau kepada umat manusia. Sebagaimana seorang ayah yang baik, selalu memberikan perintah dan pekerjaan kepada anak-anaknya, sekalipun sulit, tetapi semua perintah itu diberikan atas dasar cinta dan kasih kepada anak-anaknya, agar mereka dapat mencapai kebahagiaan.
Begitulah, maka kehadiran beliau adalah pembawa ayat-ayat Allah, menerangkan berbagai macam hukum, mengentaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya iman.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Seperti tergambar pada ayat lain :
رَّسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِّيُخْرِجَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا
Artinya: “(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya”. (QS. Ath-Thalaq; 65:11).
Maka dari itu, marilah kita senantiasa berbuat baik, agar mendapatkan rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
وَلَاتُفْسِدُوْافِى الْاَرْضِ بَعْدَإِصْلاَحِهَاوَادْعُوْهُ خَوْفًاوَّطَمَعًاإِنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Al-A’raf; 7:56).
Termasuk memberikan rahmat, kasih sayang, kebaikan, dan kepedulian terhadap keluarga. Seperti Allah Subhanahu Wa Ta’ala ingatkan di dalam firman-Nya :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah; 2:228).
عَنْ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا حَقُّ زَوْجَةِ أَحَدِنَا عَلَيْهِ قَالَ أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ أَوْ اكْتَسَبْتَ وَلَا تَضْرِبْ الْوَجْهَ وَلَا تُقَبِّحْ وَلَا تَهْجُرْ إِلَّا فِي الْبَيْتِ
Artinya: “Dari Mu’awiyah Al-Qusyairi Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah hak isteri salah seorang dari kami yang menjadi kewajiban suaminya?” Beliau menjawab,”Engkau memberi makan kepadanya, jika engkau makan. Engkau memberi pakaian kepadanya, jika engkau berpakaian. Janganlah engkau pukul wajahnya, janganlah engkau memburukkannya, dan janganlah engkau meninggalkannya kecuali di dalam rumah”. (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Pada ayat lain Allah menyebutkan:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka (isteri) secara patut.” (QS. An Nisaa’; 4:19).
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan: “Yakni perindah ucapan kalian terhadap mereka (isteri) dan perbagus perbuatan serta penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila ia (isteri) berbuat demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri telah bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (isteri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciptakan Perdamaian
لَّا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: ”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa; 4:114).
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujurat; 49:10).
Rahmat terhadap Lingkungan Hidup
Beberapa hadits menyebutkan tentang rahmat kasih sayang terhadap lingkungan:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu).
اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ
Artinya: “Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh”. (HR. Abu Daud)
Pada sebuah kisah hadits disebutkan:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا فَقَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas dari apa yang telah dibacakan kepadanya dari Sumayya -budak- Abu Bakr dari Abu Shalih ‘Alaihissalam, Samman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda: “Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui sebuah jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya; ‘Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku alami.’ Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya dosanya.’ Para sahabat bertanya; ‘Ya, Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila menyayangi hewan-hewan ini?’ Jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: ‘Menyayangi setiap makhluk hidup adalah berpahala.’ (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Rahmat Allah bersama Al-Jama’ah
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Artinya: “Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab”. (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘Anhu).
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (tiga perkara) yang menjadikan Allah ridha kepada kalian adalah: (1) Hendaklah kalian memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (2) Hendaklah kalian berpegang-teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kalian berpecah-belah, (3) Dan hendaklah kalian senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Adapun Allah membenci kepadamu tiga perkara; (1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), (2) Menghambur-hamburkan harta benda, (3) Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنْ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمْ الْجَمَاعَةَ
Artinya: “Hendaklah kalian menyertai al-jama’ah dan janganlah kalian berpecah-belah. Sesungguhnya syaitan bersama yang sendiri, sedangkan ia dengan yang dua lebih baik (berbanding dengan yang satu). Barangsiapa yang menghendaki menghuni taman syurga, maka hendaklah dia mengikut al-jama’ah.” (HR. Ahmad, At-Tirmizi dan Al-Hakim).
Di dalam hadits dari Hudzaifah bin Yaman Radhyiallahu ‘Anhu disebutkan :
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Artinya: “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penutup
هٰذَا صِرٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am; 6:153).
* Penulis adalah Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency)
Mi’raj News Agency (MINA)