Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Islamic Digital Day 2022 Dorong Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim

Rana Setiawan - Jumat, 23 September 2022 - 00:15 WIB

Jumat, 23 September 2022 - 00:15 WIB

1 Views

Jakarta, MINA – Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menggelarIslamic Digital Day 2022 dengan tema “Towards Resilience and Sustainable Tourism” pada Rabu (21/9) secara hibrida, yaitu luring di Jakarta dan daring di kanal Youtube KNEKS.

Islamic Digital Day 2022 dilaksanakan dalam rangka mendorong berkembangnya pariwisata ramah muslim sekaligus meluncurkan panduan bagi wisatawan muslim di lima destinasi favorit antara lain: Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo.

Selain itu acara ini juga membahas mengenai peran digitalisasi dan perkembangannya dalam mendorong bangkitnya sektor pariwisata khususnya pariwisata ramah muslim.

Forum ini dibuka dengan sambutan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dan dihadiri oleh kementerian, lembaga, asosiasi, akademisi, dan pelaku usaha industri pariwisata.

Baca Juga: Prof Asrorun Niam: Tujuan Fatwa untuk Kemaslahatan Hakiki

Menparekraf Sandiaga Uno dalam sambutannya menyatakan, Indonesia menargetkan posisi pertama pada GMTI (Global Muslim Traveler Index) tahun 2023.

“Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, sudah semestinya menjadi pemain kunci dalam ekosistem industri halal dan syariah, Tidak hanya menjadi market potensial semata,” kata Sandiaga.

Adapun Direktur Industri Produk Halal KNEKS Afdhal Aliasar, dalam sambutannya mengatakan Keterbukaan informasi demi mendukung kesiapan sarana dan prasarana agar sejalan dengan permintaan pasar dan kapasitas operasional Pariwisata Ramah Muslim sangat dibutuhkan.

Jika pelaku industri pariwisata memiliki preferensi yang cenderung terhadap pariwisata ramah muslim, maka destinasi tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh wisatawan muslim tetapi wisatawan berbagai budaya dan keyakinan pun dapat terlayani dengan sifatnya yang inklusif.

Baca Juga: KH Afifuddin Muhajir: Fatwa Dibutuhkan Sepanjang Zaman

Pariwisata Ramah Muslim atau Moslem Friendly Tourism menyimpan potensi besar, apalagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

Sudah selayaknya Indonesia bersiap untuk memimpin wisata ramah muslim dunia. Pariwisata ramah muslim merupakan bentuk dari layanan tambahan (extended services) untuk menarik wisatawan muslim baik lokal maupun internasional.

Tidak hanya mengedepankan destinasi yang bersih, sehat, aman dan nyaman, tetapi juga menyediakan
layanan bagi kemudahan menemukan sarana ibadah, kuliner yang bersertifikasi halal atau bebas dari bahan haram, oleh-oleh produk halal, dan hotel/penginapan yang sesuai dengan syariah serta ramah keluarga.

Forum ini berfokus pada ulasan mengenai kebijakan dalam strategi pengembangan industri kuliner halal yang dikemas dalam dua sesi diskusi panel.

Baca Juga: Pelatihan UMKM di Jakarta Diharap Lahirkan Muzaki Baru

Tema diskusi tersebut adalah “Kebangkitan Industri Pariwisata Indonesia” dan “Peran Marketplace dan Fintech dalam pemulihan industri pariwisata di Indonesia.”

Pembicara dalam panel diskusi berasal dari praktisi, pelaku usaha dan industri, influencer, serta stakeholder lainnya, yaitu sesi pertama diisi Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Riyanto Sofyan Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia, Mr Fazal Bahardeen CEO Halal Trip.

Kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua diisi oleh Ibu Yuana Rochma Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kemenparekraf, Ronald Wijaya CEO Ethis, Fajar Rizki COO Tukang.com. (R/R1/RI-1)

 

Baca Juga: BMKG: Beberapa Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat, Sepekan Mendatang

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Ekonomi
Indonesia