Ankara, MINA – Sebuah laporan dari lembaga pemikiran berbasis di Ankara menyebutkan, insiden-insiden Islamofobia meningkat di seluruh Eropa sepanjang tahun 2018.
“Islamofobia meningkat karena pengaruh gerakan sayap kanan di Eropa,” menurut laporan tersebut, seperti dilaporkan Anadolu Agency, Senin (30/9).
Laporan Islamofobia Eropa 2018 dirilis oleh Yayasan Penelitian Politik, Ekonomi, dan Sosial (SETA), yang memfokuskan pada dinamika langsung atau tidak langsung munculnya rasisme anti-Muslim di Eropa.
Laporan itu menyoroti “terorisme islamofobia dan dampak wacana anti-Muslim pada hak asasi manusia, multikulturalisme, dan keadaan hukum di Eropa”.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Bangkitnya islamofobia menimbulkan ancaman tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi keamanan dan stabilitas Eropa, menurut laporan itu.
Media juga memainkan peran penting dalam reproduksi dan normalisasi rasisme anti-Muslim, katanya.
“Secara umum, hanya ada sedikit liputan media positif tentang komunitas Muslim di Eropa,” catat laporan itu, dan menambahkan, “kebencian islamofobia sering menyebar melalui Internet”.
Sentimen anti-Muslim juga secara teratur terwujud dalam petisi, kata laporan itu.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Bahasa islamofobia oleh politisi, sebagian besar dari sayap kanan, menormalkan bahasa yang tidak manusiawi dan rasis ketika menyangkut penggambaran umat Islam, tambahnya.
“Muslim adalah salah satu korban pertama dari munculnya ekstrimisme sayap kanan di Eropa,” laporan itu menekankan.
Beberapa partai arus utama juga “melegitimasi kebencian terhadap yang lain,” bahkan menggunakan “argumen sayap kanan untuk tujuan pemilihan umum,” tambahnya.
Tindakan kekerasan dihasilkan dari ideologi rasisme yang tidak manusiawi, dan umat Muslim semakin menjadi korban semata-mata karena keyakinan mereka, kata laporan itu.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sekitar 70 kasus insiden Islamofobia dicatat di Belgia, di mana 76% korban adalah perempuan, katanya.
Di Austria, 540 kasus insiden Islamophobia dicatat pada 2018, dibandingkan dengan 309 kasus pada 2017 – kenaikan sekitar 74% tindakan rasis anti-Muslim.
Di Prancis, 676 insiden Islamofobia didokumentasikan pada 2018 melawan 446 pada 2017 dengan kenaikan 52%. Di antara 676 insiden ini, 20 melibatkan serangan fisik (3%), 568 diskriminasi (84%), dan 88 di antaranya melibatkan kebencian (13%).
Di Jerman, ada 678 serangan terhadap Muslim Jerman, termasuk 40 serangan terhadap masjid.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Sekitar 1.775 serangan terjadi pada pengungsi, 173 di rumah suaka, dan 95 pada pekerja bantuan di Jerman, menurut laporan itu.
Di Belanda, 91% dari total 151 insiden diskriminasi agama yang dilaporkan kepada polisi menentang Muslim.
Kejahatan bermotivasi agama di Inggris dan Wales naik 415% dari 2011 hingga 2018, laporan itu mencatat. (T/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu