Sachsen, Jerman, 3 Rabi’ul Awwal 1436/25 Desember 2014 (MINA) – Sejak 17.500 warga Jerman berdiri unjuk rasa di depan gedung Opera House di Dresden City, Sachsen, pada Senin (22/12), makin menunjukkan kejelasan meningkatnya kelompok ekstremis sayap kanan di Jerman.
Kelompok yang menamakan dirinya “Bangsa Eropa Patriot melawan Islamisasi terhadap Negara-negara Barat” telah menggelar sepuluh kali demonstrasi, dan itu adalah yang terbesar sejauh ini.
Pemimpin organisasi sayap kanan itu, Lutz Bachmann, telah membangun dukungan sejak Oktober, ketika ia mulai memprotes pembangunan pusat pengungsi di Dresden, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pada hari Senin, ia berteriak kepada kerumunan “Ini bukan tanah imigrasi”.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Demonstrasi semacam itu telah tersebar di seluruh negeri tahun ini, sampai-sampai para aktivis anti-ekstremis di organisasi Berlin Melawan Nazi telah menciptakan sebuah aplikasi smartphone yang dinamai “app Anti-Nazi” untuk melacak mereka.
“Orang-orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi ini tidak menganggap diri mereka ekstrimis, namun warga kelas menengah tidak biasa,” kata psikolog Jerman, Oliver Decker dari Universitas Leipzig dalam sebuah wawancara Senin dengan surat kabar bisnis Jerman, Wirtschaftswoche.
“Mereka melihat Islam sebagai bahaya dan target, karenanya ada ketakutan besar terhadap kebijakan imigrasi negara itu,” katanya.
Kantor untuk Perlindungan Konstitusi Jerman mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya, kelompok ekstremis sayap kanan mencoba membangkitkan rasa takut penduduk dari dominasi asing.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pemimpin kelompok sayap kanan, Bachmann (41), mengatakan kepada surat kabar Jerman, Bild-Zeitung, ia tidak melawan Islam itu sendiri, melainkan “Islamisasi” negaranya.
Namun demikian, menurut pengumuman Kementerian Dalam Negeri Jerman pada 4 Juni, serangan terhadap orang asing di Jerman mengalami peningkatan 20,4 persen pada 2014. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas