Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyeh atau lebih familiar dipanggil Ismail Haniya adalah seorang pemimpin gerakan perlawanan Palestina, Hamas. Ia lahir pada 29 Januari 1962 di sebuah kamp pengungsian Al-Shati, Gaza. Haniya tumbuh di lingkungan yang penuh dengan perjuangan dan penderitaan akibat konflik Israel-Palestina.
Ia meraih gelar sarjana sastra Arab dari Universitas Islam Gaza. Setelah lulus sarjana, ia melanjutkan pendidikannya ke Mesir dan memperoleh gelar master dalam bidang pendidikan Islam.
Haniya memulai karier politiknya tahun 1983 dalam Blok Mahasiswa Islam. Tahun 1987, Haniya aktif dalam aksi protes terhadap pendudukan Israel.
Ia dikenal sebagai seorang orator yang karismatik dan memiliki kemampuan untuk memobilisasi massa. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan amal yang membuatnya mendapatkan popularitas di kalangan masyarakat Palestina.
Baca Juga: ICESCO Tetapkan Keffiyeh Jadi Warisan Budaya Tak Benda Palestina
Selama intifada pertama, Haniyeh bergabung dengan Hamas dan menjadi salah satu anggota termuda. Atas aksinya, dia bahkan sempat ditangkap otoritas Israel pada 1988 dan akhirnya diasingkan ke Lebanon.
Peran strategis Haniyeh di Hamas dimulai pada 1997. Waktu itu, dia menjadi sekretaris pribadi pemimpin Hamas, Syeikh Ahmad Yassin. Maka dari itu, tak jarang dirinya turut menjadi target percobaan pembunuhan oleh Israel.
Beberapa kali Haniyeh dipenjarakan oleh otoritas Isarel. Tahun 2006, Haniya memimpin Hamas dan menang di pemilu legislatif Palestina. Lalu, ia terpilih sebagai kepala biro politik Hamas tahun 2017.
Haniya memegang berbagai posisi penting dalam pergerakan Hamas, termasuk sebagai anggota Majelis Syura, badan pengambilan keputusan tertinggi organisasi. Ia juga menjabat sebagai kepala Biro Politik Hamas di Gaza dan kemudian sebagai Perdana Menteri pemerintahan Hamas di Jalur Gaza.
Baca Juga: Israel Akui 66 Tentaranya Cedera dalam 24 Jam
Haniyeh adalah tokoh kunci dalam konflik Israel-Palestina. Ia dikenal sebagai pendukung kuat perlawanan bersenjata terhadap penjajah Israel dan telah mengutuk keras kebijakan Israel terhadap Palestina. Ia juga telah terlibat dalam berbagai negosiasi dengan Israel, meskipun belum membuahkan hasil yang signifikan.
Ismail Haniyeh telah memainkan peran penting dalam membentuk identitas perjuangan dan telah menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ia tetap menjadi pemimpin yang dihormati oleh banyak orang Palestina.
Ia telah memimpin Hamas melalui masa-masa sulit dan telah menjadi simbol perjuangan Palestina untuk kemerdekaan.
Pada April 2024 lalu, ketiga anaknya gugur dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Ketiganya tersebut bernama Hazem, Amir, dan Mohammad. Serangan Israel juga merenggut empat cucu Ismail Haniya. Serangan itu terjadi saat negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Baca Juga: Menteri Keuangan Israel Serukan Pendudukan Penuh di Gaza Utara
Ketiga anaknya saat itu sedang bepergian dengan anggota keluarga lainnya. Mereka yang dalam satu kendaraan seketika menjadi sasaran drone dari Israel.
Ismail Haniyeh gugur beserta dengan pengawalnya di Tehran, Iran pada tanggal 31 Juli 2024 karena serangan Israel. Kepergiannya ke Iran dalam rangka menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru Masud Pazeshkian. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Citra Satelit Tunjukkan Penghancuran Sistematis Area Pemukiman Gaza Utara