Gaza, 12 Ramadhan 1434/19 Juli 2013 (MINA) – Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah, mendesak pihak berwenang Mesir untuk menawarkan alternatif lain untuk menyalurkan barang ke Jalur Gaza dengan adanya penghancuran terowongan di perbatasan.
Militer Mesir telah menghancurkan terowongan-terowongan di perbatasan dengan Jalur Gaza, yang berfungsi sebagai jalur hidup bagi rakyat Gaza. Dia juga menempatkan penekanan besar pada perlunya menemukan jalur perdagangan baru sebagai alternatif dari terowongan yang telah dihancurkan oleh militer Mesir.
“Rakyat Palestina tidak harus tunduk pada blokade yang mencekik karena penutupan jalur perbatasan dan penghancuran terowongan. Kita harus mencari solusi,” kata Haniyah seperti dilansir kantor berita Al-Ray yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Jumat (19/7).
Haniyah menegaskan bahwa hubungan antara Palestina dan Mesir yang strategis, mengatakan bahwa Hamas tidak ikut campur dalam situasi Mesir.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Perdana Menteri Palestina menegaskan bahwa Hamas sedang kontak dengan pihak Mesir untuk membahas situasi yang memburuk antara kedua belah pihak, sejak Presiden Muhammad Mursi digulingkan.
“Pemerintah Palestina mendorong ke arah rekonsiliasi nasional dengan Fatah dan menjaga kontak dengan Mesir mengenai masalah ini (perbatasan Rafah dan terowongan),” katanya.
“Sikap rakyat Palestina jelas, kami tidak ikut campur dalam urusan internal Arab, dan kami memiliki masalah kami sendiri,” kata Haniyah seperti dilansir Al-Resalah.
Dia mengkritik hasutan yang sedang berlangsung, yang dijalankan oleh media Mesir terhadap Jalur Gaza dan Palestina. Haniyah mengatakan bahwa hasutan tersebut berbahaya dan tidak bisa dibenarkan.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Hamas tidak memiliki kegiatan militer atau politik di Sinai,” tegas Haniyah saat Iftar (Buka puasa) massal di Yayasan anak Yatim al-Amal Institute Gaza, Rabu (17/7).
Pihak berwenang Mesir menghancurkan sebagian besar terowongan sepanjang perbatasan Gaza-Mesir setelah kudeta militer terhadap presiden terpilih Mesir, Muhammad Mursi, Rabu (3/7). Mereka dilarang menyalurkan semua jenis bahan makanan, barang dan bahkan bahan bakar.
Rakyat Palestina terpaksa menggunakan terowongan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena diblokade Israel sejak 2006.
Selama enam tahun berturut-turut, Israel telah memperketat blokade jalur darat dan laut untuk mengisolasi Jalur Gaza dari akses menuju Tepi Barat, termasuk kota Al-Quds di mana Masjid Al-Aqsha berada.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Pengaruhi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan, penutupan perbatasan Rafah yang merupakan urat nadi bagi rakyat Gaza mempengaruhi semua fasilitas pelayanan.
Menteri Kesehatan Palestina di Gaza, Mofid Al-Mokhalati mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Gaza, Kamis (18/7), blokade ilegal Israel terus menerus dan peningkatan blokade tersebut dengan mengendalikan jalur perbatasan Karem Abu Salem dan Beit Hanoun menjadikan perbatasan Rafah satu-satunya harapan bagi 1,7 juta warga Jalur Gaza.
“Rafah adalah satu-satunya penyeberangan yang digunakan terutama bagi orang sakit dalam mendapatkan perawatan di luar negeri, masuknya obat-obatan, dan bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan generator rumah sakit,” kata Al-Mokhalati.
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara
Dia mencontohkan jumlah terbatas bahan bakar memasuki Gaza dan pembukaan sebagian dari Rafah menjadi perhatian nyata bagi Departemen Kesehatan Palestina untuk mencegah terjadinya bencana kemanusiaan. (T/P02/P01).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina