Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ismail Haniyeh dan Keutamaan Syahid di Jalan Allah

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 2 Agustus 2024 - 05:36 WIB

Jumat, 2 Agustus 2024 - 05:36 WIB

100 Views

Ismail Haniyeh (Assabeel)

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 154).

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Ayat ini turun berkaitan dengan gugurnya para syuhada Perang Badar. Mereka itu para sahabat Rasul, yaitu 8 sahabat dari kaum Anshar dan 6 sahabat dari kaum Muhajirin. Orang-orang saat itu berkata tentang orang yang terbunuh di jalan Allah, “Fulan telah mati, kenikmatan dan kelezatan dunia telah lenyap darinya.” Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Ayat sebelumnya menyebutkan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 153).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Kaitan kedua ayat ini adalah, bahwa setelah Allah Ta’ala memerintahkan kita agar menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong untuk menghadapi semua masalah, Allah menyebutkan contoh permasalahan yang patut dihadapi dengan sabar, yaitu jihad di jalan Allah.

Jihad di jalan Allah Ta’ala merupakan ketaatan badan yang paling utama dan paling berat bagi jiwa, karena dapat membawa kepada kematian. Padahal orang-orang mencintai dunia, karena ingin hidup di dunia, bila perlu selamanya. Bahkan tindakan sehari-hari yang mereka lakukan juga bertujuan agar dapat hidup di dunia.

Maka Allah Ta’ala memberitahukan bahwa orang yang berperang di jalan Allah agar kalimat Allah menjadi tinggi dan agar agama-Nya menjadi tegak, pada hakikatnya ia tidak kehilangan kehidupan yang dicintainya itu. Bahkan ia memperoleh kehidupan yang lebih besar dan lebih sempurna dari apa yang diperkirakan.

Mereka adalah para syuhada, orang-orang yang hidup di sisi Allah, memperoleh rezki serta bergembira karena karunia yang diberikan-Nya dan tidak lagi khawatir dan bersedih

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Senada dengan ayat 154 dari Surat Al-Baqarah, pada ayat lain disebutkan:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Artinya: “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.” (Q.S. Ali Imran [3]: 169).

Ayat yang mulia ini mengandung penjelasan orang-orang yang gugur di jalan Allah, dalam memerangi musuh-musuh agama dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, sesungguhnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Mereka itu sebenarnya tidak mati dan tidak lenyap. Bahkan orang yang mati syahid itu memperoleh kenikmatan abadi. Justru yang dikhawatirkan hilang adalah mereka yang takut berperang, hingga tidak mendapatkan mati syahid.

Di dalam Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir Suriah menjelaskan, “Wahai Nabi dan setiap orang yang mendengar, jangan sampai kamu mengira bahwa orang-orang yang mati syahid di perang Uhud dan perang lainnya itu mati, melainkan mereka itu hidup di alam khusus, yang mana tidak ada yang mengetahui kehidupan di alam itu kecuali Allah.“

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa ruh para syuhada berada di atas sungai yang berkilau di pintu surga di kubah berwarna hijau. Sesungguhnya mereka di surga itu diberi rejeki dan makan. Nabi mengabarkan hal itu untuk para syuhada Uhud, lalu Allah menurunkan ayat ini.

Orang yang mati syahid itu justru bergembira dengan karunia Tuhannya, dan bergembira karena akan disusul oleh orang-orang yang mati syahid kemudian. Sebagaimana lanjutan ayat:

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

 فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ   (171)

Artinya: “Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah dan bahwa sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang mukmin.” (Q.S. Ali Imran [3]: 170-171).

Di dalam Kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, Dosen Tafsir Universitas Islam Madinah, menjelaskan bahwa orang yang mati syahid dalam keadaan gembira disebabkan apa yang diberikan Allah kepadanya. Yakni disebabkan apa yang Allah kirimkan berupa kemuliaan mendapatkan kesyahidan dan kehidupan mereka yang hakiki serta rezeki yang sampai kepada mereka dari Allah.

Mereka yang mati syahid juga bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka. Yakni saudara-saudara mereka dari kalangan orang-orang beriman yang belum gugur.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Mereka bergembira pada orang setelah mereka yang gugur di jalan Allah atau yang meninggal dalam keadaan beriman bahwa bagi mereka tidak ada kekhawatiran dan tidak pula rasa sedih hati.

Begitu mulianya keutamaan mati syahid, sampai-sampai orang yang gugur syahid, dan masuk surga, merka ingin kembali ke dunia, untuk berperang lagi di jalan Allah, dan terbunuh lagi, sampai syahid sepuluh kali.

Hal ini seperti disebutkan di dalam hadits:

مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إلا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الكَرَامَةِ». متفق عليه.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Artinya: “Tiada seorangpun yang telah masuk surga lalu ingin kembali ke dunia untuk memperoleh sesuatu yang ada di dalamnya kecuali orang yang mati syahid (syuhada). Dia berharap untuk kembali ke dunia sehingga terbunuh kembali (sebagai syahid) sebanyak sepuluh kali, karena apa yang didapakannya dari kemuliaan (bagi para syuhada).” (Muttafaq ‘Alaihi dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu).

Itu karena mereka tahu betul keutamaan syahid di jalan Allah. Mereka telah mendapatkan ampunan di tetesan darah pertama saat syahidnya, dan dinikahkan dengan 72 bidadari. Seperti digambarkan dalam hadits:

إنّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ الله عزّ وجلّ خِصَالاً: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، ويُحلَّى عليْه حُلَّةَ الإيمان، ويُزوَّج اثنتين وسبعين زوجَة من الحورِ العينِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ،، وَيَأْمَنُ يَوْمَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، ويُوضَعُ على رأسِهِ تاجُ الوَقار الياقوتةُ منْهُ خيرٌ من الدُّنيا وما فيها، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إنْسَاناً مِنْ أَقَارِبِهِ». أخرجه سعيد بن منصور والبيهقي في شعب الإيمان.

Artinya: “Sesungguhnya para syuhada mendapatkan enam kemuliaan di sisi Allah: Allah akan mengampuninya pada waktu darahnya keluar pertama kali dari tubuhnya, diperlihatkan untuknya tempat duduknya di surga, diberi hiasan dengan perhiasan iman, dinikahkan dengan 72 bidadari dari surga, diselamatkan dari siksa kubur, mendapatkan keamanan dari ketakutan yang sangat besar (kegoncangan di padang mahsyar), dipakaikan baginya mahkota kerendahan hati yang sebutir mutiaranya lebih baik dari dunia seisinya, dan diperbolehkan baginya untuk memberikan syafaat bagi 70 orang kerabatnya.” (H.R. Al-Baihaqi).

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Kali ini, pejuang Palestina Ismail Haniyeh, telah gugur syahid di jalan Allah Ta’ala, menyusul puluhan ribu lebih para syuhada yang gugur di bumi penuh berkah, Palestina.

Semoga kita kelak dapat menyusul barisan para syuhada tersebut, dengan niat, tekad dan amal ikhlas kita dalam berjuang di jalan Allah. Sesuai dengan hadits:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ (رواه مسلم)

Artinya; “Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur dari dalam hatinya, maka Allah akan memberinya pahala syuhada meskipun ia meninggal di atas kasur.” (H.R. Muslim).

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa, dan menerima amal shaleh dan perjuangan para syuhada di jalan-Nya. Aamiin. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Rekomendasi untuk Anda