“Engkau tidak pernah lelah dalam berjuang, namun kematian syahidmu yang terhormat, engkau telah mendapatkannya. Engkau telah bergabung dengan barisan syuhada, orang-orang yang jujur, dan orang-orang beriman dengan darah suci ini.” (Enas Haniyeh, menantu Ismail Haniyeh).
Gugurnya Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Hamas dalam aksi serangan di kediamannya, di Teheran, Iran, Rabu, 31 Juli 2024, sekitar pukul 2 dini hari, menyentak dunia mengiringi hari ke-300 atau bulan ke-10 Perang Gaza.
Media Iran Fars menyebutkan, Ismail Haniyeh bersama pengawalnya gugur dalam serangan peluru kendali udara, di salah satu tempat tinggal khusus veteran perang di Teheran utara.
Ismail Haniyeh baru tiba di Iran, Selasa (30/7/2024), untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Baca Juga: ICESCO Tetapkan Keffiyeh Jadi Warisan Budaya Tak Benda Palestina
Pihak Keamanan Iran mengatakan, langsung melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan rincian operasi dan posisi dari mana proyektil itu ditembakkan, di gedung wilayah sipil saat lawatan sebagai tamu negara Iran.
Menantu perempuan Ismail Haniyeh, Enas, salah satu keluarga almarhum, tersentak dan mengunggah perasaan duka terdalamnya dalam sebuah video klip.
“Aku sangat berduka atas kematian ayahku, pamanku, kekasihku, ubun-ubun kepalaku, dan biji mataku. Ayah Abu Al-Abd Haniyeh,” ujar Enas.
Dia menambahkan dalam video yang diterbitkan oleh Pusat Informasi Palestina, “Engkau syuhada yang heroik, pemimpin yang agung dan terhormat. Air mata ini menetes, dan hati berduka, wahai Ayah kami,”.
Baca Juga: Israel Akui 66 Tentaranya Cedera dalam 24 Jam
“Namun kami hanya mengatakan apa yang diridhai Allah. Kami semua milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali. Duka ini sangat berat, namun yang menghibur kami adalah dunia ini hanya sekejap, dan kami akan bertemu lagi, Insya Allah, di surga yang seluas langit dan bumi. Selamat tinggal, pemimpin bangsa,” ujarnya.
“Engkau tidak pernah lelah dalam berjuang, namun kematian syahidmu yang terhormat, engkau telah mendapatkannya. Engkau telah bergabung dengan barisan syuhada, orang-orang yang jujur, dan orang-orang beriman dengan darah suci ini,” lanjut Enas Haniyeh, menantu Ismail Haniyeh.
Sementara itu, Sarah, puteri Ismail Haniyeh menulis di akunnya di situs X Rabu pagi, “Punggungku telah patah, oh, telah pergi kekasih hatim. Demi Allah, enagkau tidak kenal lelah. Engkau memintanya dan engkau mendapatkannya, syahid.”
“Surga, sungguh tempat yang tepat untuk kematianmu, dan demi Allah engkau menyayangi yang tua sebelum yang muda, dan engkau adalah kekasih semua orang, Abi,” ungkapnya dalam duka.
Baca Juga: Menteri Keuangan Israel Serukan Pendudukan Penuh di Gaza Utara
Ismail Haniyeh (61 tahun) lahir di kamp pengungsi Pantai, di Jalur Gaza, pada tanggal 23 Mei 1963, tempat orang tuanya mengungsi dari kota Ashkelon setelah Nakba pada tahun 1948.
Sebelumnya, pada tanggal 10 April 2024 lalu, 3 putra Ismail Haniyeh, Hazem, Amir, dan Muhammad, dan 4 cucunya tewas dalam pengeboman Israel yang menargetkan sebuah mobil di Beach Camp, sebelah barat Kota Gaza.
Cucu perempuan Haniyeh, Malak Muhammad Haniyeh, juga meninggal pada 15 April lalu akibat luka-luka yang dialaminya dalam pemboman Israel yang menargetkan keluarga tersebut di kamp Beach.
Ismail Haniyeh gugur di tengah dukungan internasional yang semakin meluas, pascarekonsiliasi faksi-faksi Palestina yang dimediasi China, dan di tengah perundingan gencatan senjata yang dimediasi Mesir, Qatar dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Citra Satelit Tunjukkan Penghancuran Sistematis Area Pemukiman Gaza Utara
Ismail Haniyeh telah syahid menemui Tuhannya, dan akan terlahir lagi Haniyeh-haniyeh lainnya yang akan melanjutkan perjuangannya sampai Palestina merdeka dan Al-Aqsa terbebas dari penjajahan Zionis. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Penyelidikan Genosida di Jalur Gaza