Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Pengantar
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra [17] : 1).
Allah Subahanhu Wa Ta’ala memberikan salah satu mukjizat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu berupa Isra dan Mi’raj. Sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Peristiwa nyata yang benar-benar telah terjadi dan kita sebagai umat Islam yang mengimani ayat-ayat Al-Quran.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam karena pada peristiwa ini, Allah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan untuk umat Islam, berupa kewajiban mendirikan shalat fardhu lima waktu sehari semalam.
Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Mekkah sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah, yaitu setahun sebelum hijrah. Menurut sebagian ulama, terjadi pada malam tanggal 27 Rajab (tahun 621 M.).
Isra’ Mi’raj terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada dalam situasi tekanan dan hinaan yang kuat dari kelompok musyrikin Mekkah, terutama dari Abu Jahal, Abu Lahab, dan sekutunya. Sementara ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru saja ditinggal wafat isterinya tercinta Khadijah Al-Kubra, pendamping sejati, pembela dan pendukung utama perjuangan dakwahnya. Pada saat beriringan, beliau juga baru saja berduka karena meninggalnya Abu Thalib pamannya yang selama ini turut menjadi tameng pembelanya. Itulah tahun duka cita atau disebut dengan ‘amul hazn’.
Peristiwa Isra
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Peristiwa Isra, yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diperjalankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari Masjid Al-Haram di Mekkah hingga ke Masjid Al-Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Jarak tempuh yang dilalui beliau sekitar 1.500 km.
Masjid Al-Haram tempat start Isra adalah nama yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an, disebut juga dengan Baitullah, terletak di Mekkah, negeri yang diberkahi dan menjadi petunjuk semua manusia. Mekkah disebut juga dengan “Ummul Qura” (induk negeri). (lihat QS Ali Imran [3] : 96 dan Al-An’am [6] : 92).
Sedangkan Masjid Al-Aqsha tempat singgah Isra sebelum Mi’raj ke langit, adalah nama yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala terletak di Palestina.
Dua masjid inilah, yakni Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Aqsha, merupakan dua bangunan tempat ibadah yang mula-mula Allah Subhanahu Wa Ta’ala letakkan di muka bumi ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam disebutkan : Artinya : “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (H.R. Ahmad dari Abu Dzar).
Pondasi Masjid Al-Aqsha diletakkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak jaman Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Dalam kurun waktu sekian lama, bangunan itu rusak dan runtuh dimakan waktu. Areal tanah sekitar Masjid Al-Aqsha juga termasuk ke dalam kawasan masjid tersebut. Sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihis Salam shalat di tanah itu, bagian dari Masjid Al-Aqsha.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan, Masjid Al-Aqsha dibangun kembali di atas pondasinya oleh cucu Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, yakni Nabi Ya`qub bin Ishaq bin Ibrahim. Keturunan berikutnya, Nabi Daud ‘Alaihis Salam membangun ulang masjid itu. Bangunan Masjid Al-Aqsha diperbaharui oleh putera Nabi Dawud ‘Alaihis Salam, yaitu Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam (tahun 960 SM).
Mereka para nabi Allah membangun kembali Masjid Al-Aqsha adalah untuk tempat ibadah mendirikan shalat di dalamnya, bukan mendirikan kuil sinagog seperti yang diklaim Zionis.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Peristiwa Mi’raj
Peristiwa Mi’raj, yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dinaikkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari Kubah Ash-Shakhrah (kawasan kompleks Masjid Al-Aqsha) ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi di langit.
Di Sidratul Muntaha beliau mendapat perintah langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala berupa kewajiban shalat fardhu lima waktu sehari semalam. Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Meyakini peristiwa Isra Mi’raj adalah bukti keimanan umat Islam akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an, wujud ketakwaan kepada Allah Subahanhu Wa Ta’ala, serta kecintaan kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ditinjau dari angka fisik, jarak Masjid Al-Haram Mekkah hingga Masjid Al-Aqsha Palestina adalah sekitar 1.500 km. Menurut perhitungan, perjalanan darat berkendaraan unta waktu itu, antara Mekah ke Palestina, diprediksi memakan waktu sekurang-kurangnya dua bulan lamanya. Namun, bukti keimanan itu ternyata dikuatkan oleh perkembangan zaman yang sedemikian pesat saat ini.
Di mana umat manusia pada masa kini telah terbiasa menikmati perjalanan jarak jauh dengan menggunakan pesawat super canggih hanya dalam hitungan jam, kadang tidak perlu satu malam. Maka secara ilmu pengetahuan pun mustahil tidak mempercayai peristiwa perjalanan yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Tentang peristiwa Mi’raj ke Sidratul Muntaha ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan, yang artinya : “Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? (12) Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (13) (yaitu) di Sidratil Muntaha. (14) Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (15) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (16) Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (17) Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (18). (QS An-Najm [53] : 12-18).
Adapun “Sidratul Muntaha” secara harfiah berarti “tumbuhan sidrah yang tak terlampaui”, suatu perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang maha mengetahui hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana Sidratul Muntaha itu. Kita sebagai mukmin tinggal meyakini kebenarannya serta mengimaninya.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Ibnu ‘Abbas menyebutkan, peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan rangkaian ujian keimanan seseorang terhadap kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pada peristiwa Isra Mi’raj, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengimami para Nabi. Sebagaimana disebutkan di dalam al-hadits, “Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama’ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu’ah. Dan ada pula ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim ‘Alaihis Salam sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka”. (H.R. Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Tidak henti-hentinya thaifah dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah mereka?”. Beliau bersabda, “Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis”. (HR Ahmad dari Abi Umamah).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Landasan aqidah Surat Al-Isra ayat pertama, dan hadits di atas, juga dalil-dalil qath’i lainnya menunjukkan ketinggian, keutamaan, dan kemuliaan Masjid Al-Aqsha di dalam Islam. Hal tersebut menekankan pentingnya kaum muslimin memperhatikan Masjid Al-Aqsha serta menekankan tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia dalam membela dan menjaga masjid tersebut. Umat Islam tidak boleh membiarkan apalagi melalaikannya dikuasai oleh yang bukan haknya, seperti berlangsung saat ini. Masjid Al-Aqsha adalah hak milik yang sah, milik kita umat Islam (Al-Aqsha Haqquna).
Masjid Al-Aqsha sebagai hak milik kita umat Islam perlu disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat umat Islam, agar tumbuh semangat bersama, satu niat dan satu tujuan, yakni membebaskan Masjid Al-Aqsha yang begitu mulia berdasar dalil-dalil qath’i.
Zionis Yahudi dengan sekutu-sekutunya tidak henti-hentinya menodai citra mulia Masjid Al-Aqsha dan menjadikannya sebagai kancah pemerkosaan Hak Asasi Manusia (HAM) yang terburuk sepanjang sejarah peradaban manusia. Seperti menguasai, melakukan pembakaran, pelarangan untukl shalat, pembunuhan, bahkan rencana merobohkan Al-Aqsha lewat jalur terowongan, serta menggantinya dengan sinagog Yahudi. Terhitung sejak tahun 1967 sampai sekarang, ratusan kali terjadi insiden berdarah yang melibatkan Yahudi Israel yang melecehkan bahkan merusak masjid kiblat pertama umat Islam tersebut.
Mahmud Sulaiman Al-Adam utusan Al-Quds Institution pimpinan DR. Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menegaskan, Masjid Al-Aqsha Palestina bukanlah milik umat Palestina saja, tetapi milik seluruh umat Islam. Terbukti dengan adanya dukungan dari segenap komponen muslimin di manapun berada, khususnya umat Islam Indonesia, untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman penjajah Zionis Israel. (R1/IR)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
* Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds. Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Shana’a Yaman, Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency-MINA). Penceramah Tausiyah Islam Radio Silaturahim (RASIL) 720 AM dan Radio DAKTA 107 FM. HP : 089698194599. BB: 25BF4CA3. Email: [email protected]
Mi’raj Islamc News Agency (MINA)
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin