ISRA MI’RAJ DAN ISYARAT KEHANCURAN YAHUDI

Ali Farkhan Tsani
Ali Farkhan Tsani

Oleh: Ali Farkhan Tsani,S.Pd.I., Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Redaktur Tausiyah Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Pada tanggal 27 Rajab, sebagian kaum Muslimin, khususnya di Indonesia, mengenal dan mengenangnya serta memperingatinya sebagai Hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah setahun sebelum Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, yaitu antara tahun 620-621 M.

Menurut al-Manshurfuri, peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Mukjizat tersebut Allah sebut langsung di dalam Surat Al-Isra ayat 1 yang berbunyi:

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra [17]  : 1). 

Inilah sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Peristiwa nyata yang benar-benar telah terjadi dan kita sebagai umat Islam yang mengimani ayat-ayat Al-Quran.

Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat  Islam karena pada peristiwa ini, Allah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan untuk umat Islam, berupa kewajiban mendirikan shalat fardhu lima waktu sehari semalam.

Isra’ Mi’raj terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada dalam situasi tekanan dan hinaan yang kuat dari kelompok musyrikin Mekkah, terutama dari Abu Jahal, Abu Lahab, dan sekutunya. Sementara ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baru saja ditinggal wafat isterinya tercinta Khadijah Al-Kubra, pendamping sejati, pembela dan pendukung utama perjuangan dakwahnya.

Pada saat beriringan, beliau juga baru saja berduka karena meninggalnya Abu Thalib pamannya yang selama ini turut menjadi tameng pembelanya. Itulah tahun duka cita atau disebut dengan ‘amul hazn’.

Menurut Sayyid Quthb dalam kitab Fi Dzilalil Qur’an, bahwa peristiwa Isra’ yang disebut dalam surat al-Isra’ adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israel.

Adapun secara umum, Surat Al-Isra’ berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga mengungkapkan hubungan langsung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya.

Hal ini sejalan dengan sunnatullah yang disebutkan pada ayat 16 surat Al-Isra:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا(١٦)

Artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al-Isra [17]: 16).

Isyarat Kehancuran

Setelah ayat 1 surat Al-Isra, ayat-ayat berikutnya, terutama pada ayat ke-4 hingga ke-8, sangat jelas Allah memberikan isyarat kehancuran kaum Yahudi, akibat mereka membuat kerusakan di muka bumi.

Di dalam surat Al-Isra ayat 4-8 Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman :

وَقَضَيۡنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ فِى ٱلۡكِتَـٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِى ٱلۡأَرۡضِ مَرَّتَيۡنِ وَلَتَعۡلُنَّ عُلُوًّ۬ا ڪَبِيرً۬ا (٤) فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ أُولَٮٰهُمَا بَعَثۡنَا عَلَيۡڪُمۡ عِبَادً۬ا لَّنَآ أُوْلِى بَأۡسٍ۬ شَدِيدٍ۬ فَجَاسُواْ خِلَـٰلَ ٱلدِّيَارِ‌ۚ وَكَانَ وَعۡدً۬ا مَّفۡعُولاً۬ (٥) ثُمَّ رَدَدۡنَا لَكُمُ ٱلۡڪَرَّةَ عَلَيۡہِمۡ وَأَمۡدَدۡنَـٰكُم بِأَمۡوَٲلٍ۬ وَبَنِينَ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ أَڪۡثَرَ نَفِيرًا (٦) إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ‌ۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَا‌ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا (٧)عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يَرۡحَمَكُمۡ‌ۚ وَإِنۡ عُدتُّمۡ عُدۡنَا‌ۘ وَجَعَلۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَـٰفِرِينَ حَصِيرًا (٨)

Artinya: “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (4) Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (5) Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (6) Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yamg mereka kuasai. (7) Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengadzabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman”.(8) (QS. al-Isro’ [17]: 4-8).

Ayat-ayat tersebut menyatakan tentang terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Yahudi Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sungguh sejarah mencatat bahwa mereka telah berbuat kerusakan berkali-kali bukan hanya dua kali.

Akan tetapi, dua kerusakan yang  dimaksud  dalam  adalah al-Qur’an ini adalah puncak dari kerusakan yang mereka lakukan.

Selanjutnya, dalam   sejarah  tidak  pernah  disebutkan  kemenangan kembali Yahudi Bani Israil atas orang yang pernah menguasai mereka dahulu. Sementara ayat ini menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh mereka yang telah menimpakan adzab saat mereka berbuat kerusakan pertama.

Sekiranya yang dimaksud dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau, niscaya tidak akan diberitakan dengan lafazh idza sebab lafazh tersebut mengandung makna dzarfiyyah (keterangan waktu) dan syarthiyyah (syarat) untuk masa mendatang.

Maka Allah menyebut dengan kalimat, “Dan itulah janji (ketetapan) yang pasti terlaksana”, menunjukkan bahwa hal itu terjadi pada masa mendatang. Sebab tidak disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.

Penjelasan lainnya adalah bahwa para penguasa dan bangsa yang pernah menaklukkan Bani Israil dahulu kala, semuanya adalah orang-orang kafir. Sementara Allah menyebut dalam ayat tersebut, “Hamba-hamba Kami.” Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang beriman sebab kata “Hamba” yang di-idhafah-kan pada lafadz “Kami” mengisyaratkan hal itu.

Hamba-hamba Kami mengandung makna adalah hamba-hamba yang berjuang ikhlas dan sungguh-sungguh hanya untuk keridhaan Kami (Allah).

Adapun aksi kejahatan dan pengrusakan Yahudi di muka bumi antara lain : mendustakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, padahal mereka mengetahui dengan yakin bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman yang selama ini mereka harap kedatangannya.

Kejahatan lainnya, mereka gemar mengkhianati perjanjian yang telah mereka buat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Mereka juga suka memprovokasi kaum musyrikin untuk membalas dendam, membuat permusuhan, perpecahan dan membuat keonaran di kalangan kaum Muslimin.

Demi melihat kekejian dana kejahatan mereka, tidak ada pilihan bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selain menghancurkan dan menghentikan kekuatan mereka. Maka, peperangan demi perangan terjadi antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kabilah-kabilah Yahudi di kota Madinah.

Hingga akhirnya kaum Yahudi terusir dari kota Madinah dengan hina dina, akibat pelanggaran mereka sendiri.

Khalifah Umar bin Khaththab pun membuat penegasan dengan menghancurkan kekuatan mereka yang masih tersisa di daerah Baitul Maqdis, Palestina, yang pada saat itu dikuasai oleh orang-orang Romawi.

Setelah peristiwa itu, mereka kembali tercerai-berai, hancurlah kekuatan mereka selama ini. Mereka mengembara lagi di muka bumi untuk kembali menyusun kekuatan. Mereka pergi ke negara-negara kuat untuk mencari perlindungan dan keamanan.

Hingga akhirnya kemudian, ketika zaman Nubuwwah dan Rasyidah berakhir, kaum muslimin sedikit demi sedikit menjauh dari ajaran Islam. Kaum Muslimin pun berpecah belah dan mudah diadu domba, dan ditambah dengan tenggelam dalam kenikmatan dunia. Hingga terjangkiti penyakit al-wahn (cinta dunia dan takut mati) pada sebagian besar kaum Muslimin.

Saat itulah Yahudi yang tercerai berai kembali menyusun kekuatan, sampai kemudian merebut kekuasaan yang berada di tangan kaum muslimin, dengan menjajah tanah dan bangsa Palestina sejak 1948 hingga kini.

Ekonomi dunia pun mereka kuasai, tentara internasional loyal kepada mereka, bahkan bisa mereka kendalikan. Kejahatan demi kejahatan mereka lakukan, pembunuhan demi pembunuhan mereka nyatakan secara terang-terangan. Terutama di Jalur Gaza bumi Palestina.

Namun, justru sebenarnya dengan tindakan di luar batas kemanusiaan itu, mereka sudah menjadi titik akhir kehidupannya. Ibarat lengkingan terakhir nyawa di kerongkongan mereka. Tinggal sekali pukulan dan hentakan dari kaum Muslimin mereka akan hancur binasa.

Selanjutnya pada ayat 104 surat Al-Isra , Allah menegaskan :

وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الْأَرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا

Artinya: “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).” (QS Al-Isra [17]: 104).

Ayat ini dapat dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi kemudian bercerai berai (diaspora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam suku dan ras yang ada di dunia.

Namun, justru dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedang menunggu “Orang-orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjid Al-Aqsha serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”

Seperti pada ayat:

… فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا

“…..dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yamg mereka kuasai.”. (QS Al-Isra [17]: 7). 

Pada ayat di atas, “mereka masuk” dengan menggunakan fi’il mudlari’ yang menunjukkan pengertian ‘sedang’ atau ‘akan terjadi’. Dengan demikian, kehancuran yang kedua ini akan terjadi setelah ayat itu turun. Tentang kapan terjadinya, Allah yang tahu, Wallahu a’lam.

Berkenaan dengan hal itu, Muhammad Al-Rasyid menyatakan, “Pada waktu negara Israel berdiri dan memproklamirkan kemerdekaannya (tahun 1948), seorang wanita Yahudi menangis dan masuk ke rumah keluarganya. Ketika ditanya, “Mengapa engkau menangis, padahal orang Yahudi sedang bergembira dan merayakan kemerdekaan Israel?” Dia menjawab, “Bahwa dengan berdirinya negera Israel yang kedua adalah sebab adanya bani Israel yang akan dihancurkan dan dibinasakan”.

Indikasi tersebut dipercayai oleh banyak pihak, bahkan oleh para pendukung Israel. Seperti menurut laporan media, Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS yang berbangsa Yahudi menyatakan, bahwa dalam waktu dekat bangsa Yahudi Israel tidak ada di muka bumi.

Warga Palestina sedang melakukan shalat di area Masjid Al-Aqsha. Foto: Arsip
Warga Palestina sedang melakukan shalat di area Masjid Al-Aqsha. Foto: Arsip

Lenyapnya Yahudi Israel yang berarti terbebasnya Masjid Al-Aqsha dari penjajahan Israel, dan yang akan membebaskan Masjid Al-Aqsha adalah umat Islam sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

Artinya: “Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali gharqad sebab ia (gharqad) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (HR Bukhari).

Mereka kaum Yahudi mempercayai dan merasakan hadits tersebut, antara lain dengan adanya peraturan agar Yahudi beramai-ramai menanam pohon gharqad di setiap halaman rumahnya. Dan akan memberikan denda bagi yang tidak melaksanakannya. Sekali lagi tanda kehancuran itu sudah dekat!

Tinggal kaum Muslimin untuk terus berjihad di jalan Allah, berlandaskan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, secara berjama’ah. Sebagaimana para pendahulu telah berjuang secara berjama’ah, dan diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Para Khalifah Rasyidah. Itulah perjuangan Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti pola Nubuwwah), yang memimpin pembebasan Al-Aqsha menghadapi Zionis Yahudi. Insya Allah. (T/P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0