Israel Akan Setujui Pembangunan 176 Unit Rumah di Yerusalem

Apartemen di Timur (Foto: File/Reuters)

Yerusalem, MINA – Komite Lokal untuk Perencanaan dan Pembangunan di Kota Yerusalem akan menyetujui sebuah rencana untuk memperluas lingkungan Yahudi di Sion Nof di timur kota dengan mendirikan 176 unit rumah.

Menurut media Israel The Jerusalem Post dalam laporannya pada hari Senin (23/10), Komite Lokal tersebut akan menyetujuinya pada Rabu (25/10) mendatang.

Jika benar rencana pembangunan gedung baru disetujui, Nof Zion akan menjadi lingkungan terbesar yang dihuni Yahudi di wilayah Arab di Yerusalem timur.

Sementara saat ini, ada 91 unit rumah di lingkungan sekitar, yang dikelilingi oleh lingkungan warga Arab tenggara Jebl Mukaber.

Walikota Yerusalem Nir Barkat mengatakan kepada Channel 2 News, bahwa kotamadya di bawah kepemimpinannya terus membangun dan memperkuat wilayah Yerusalem.

“Pada tahun ke 50 untuk penyatuan kembali kota, kita menyatukan kembali kota – dalam uapaya memperluas wilayah,” katanya.

Selama tahun 1990-an, kontraktor real estate telah membeli sebidang tanah di Jebl Mukaber dari orang Arab dan menyiapkannya untu rencana pembangunan di wilayah tersebut.

Selanjunyta pada tahun 1994, pembangunan 395 unit rumah telah disetujui dan pada awal tahun 2000an, tahap pertama proyek ini telah dimulai dengan pembangunan 91 unit perumahan di Nof Zion.

Setahun yang lalu, Shemini Properties Ltd., yang memiliki porsi plot yang penting telah meminta izin pembangunan untuk 13 bangunan dengan total 176 unit rumah, yang akan dibahas dalam pertemuan hari Rabu (23/10).

LSM sayap kiri Peace Now mengutuk rencana itu dengan mengatakan, bahwa perluasan pemukiman di Yerusalem timur akan membahayakan status Israel di mata internasional.

“Pembangunan pemukiman besar di jantung lingkungan akan menjadi pukulan berat bagi Yerusalem dan kesempatan untuk mencapai solusi dua negara,” kata LSM tersebut dalam sebuah pernyataan.

“Tampaknya pemerintah sekarang mengizinkan pembangunan tak terbatas (di Yerusalem timur) yang akan menyulut wilayah tersebut dan membahayakan status Israel di mata internasional,” bunyi pernyataan tersebut. (T/B05/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)