Tel Aviv, MINA – Surat kabar British Financial Times (BFT) melaporkan, pemerintah Israel mengalami difisit keuangan, dengan beban pinjaman dalam beberapa pekan sebanyak $6 miliar atau senilai Rp93 triliun lebih.
“Defisit keuangan Israel akan terus meningkat pada tahun depan seiring dengan peningkatan belanja militer,” tulis BFT, seperti laporan Quds Press, Selasa (21/11).
Surat kabar tersebut mencatat, Tel Aviv harus membayar biaya pinjaman yang sangat tinggi untuk menyelesaikan kesepakatan ini.
Pemerintah Israel sedang mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pasukan cadangan di tentara yang dipanggil untuk serangan ke Jalur Gaza, karena tingginya biaya ekonomi, menurut laporan Perusahaan Penyiaran Israel.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Pihak berwenang mengatakan, biaya langsung dari gaji tentara cadangan adalah sekitar 5 miliar shekel (Rp20,8 triliun) per bulan, di samping biaya kehilangan hari kerja bagi para prajurit yang diperkirakan sekitar 1,6 miliar shekel (Rp6,6 triliun).
Angka-angka tersebut menunjukkan, Israel menderita kerugian ekonomi yang besar akibat perang yang mereka lakukan di Jalur Gaza.
Sebagian besar indikator telah runtuh, mulai dari pasar saham hingga real estate dan bank, selain penurunan mata uang shekel, pasar tenaga kerja, dan kinerja perusahaan teknologi. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya