Gaza, MINA – Sebuah laporan investigasi mengungkap adanya rencana kontroversial untuk menempatkan Jalur Gaza yang akan dikembangkan oleh investor Israel dan Amerika Serikat, dengan tujuan mengubah wilayah yang hancur akibat perang menjadi pusat komersial, perumahan, dan wisata berteknologi tinggi menyerupai Dubai.
Rencana setebal 38 halaman itu, yang diposting oleh The Washington Post, menyebut pembentukan Gaza Reconstitution, Economic Acceleration and Transformation Trust atau disingkat GREAT Trust. Trust tersebut disebut akan menjadi kendaraan pembangunan kembali Gaza, namun dengan syarat-syarat yang menuai kecaman.
Menurut laporan itu, GREAT Trust disusun oleh kelompok yang sebelumnya juga menciptakan Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga yang didukung AS dan Israel, yang pernah digunakan sebagai dalih untuk memblokir pengiriman bantuan pangan PBB ke Gaza. Perencanaan keuangan proyek tersebut bahkan melibatkan Boston Consulting Group, firma yang juga pernah terlibat dalam pengelolaan GHF.
Lebih jauh, dokumen itu menyerukan apa yang mereka sebut “keberangkatan sukarela” warga Gaza ke negara lain, yang dalam praktiknya berarti menjadikan mereka pengungsi. Bagi yang menolak, mereka diarahkan ke “zona terbatas dan aman” yang digambarkan menyerupai kamp konsentrasi di dalam Gaza.
Baca Juga: Orasi AWG di Tunisia Disambut Hangat Aktivis Global Sumud Flotilla
Sebagai imbalan atas meninggalkan tanah mereka, warga Palestina ditawarkan token digital dari trust tersebut sebagai pengganti hak mereka untuk membangun kembali properti. Token itu diklaim dapat dipakai untuk membiayai kehidupan baru di luar Gaza atau ditukar dengan apartemen di “kota pintar berbasis AI” yang direncanakan akan dibangun di wilayah tersebut.
Setiap warga Palestina yang setuju untuk pergi akan diberi uang tunai sebesar 5.000 dolar AS, subsidi sewa tempat tinggal selama empat tahun, serta pasokan makanan untuk satu tahun.
Rencana ini menuai sorotan tajam karena dianggap sebagai bentuk baru dari upaya pengusiran dan penghilangan hak-hak dasar rakyat Palestina, di tengah krisis kemanusiaan akut yang masih berlangsung di Gaza akibat blokade dan agresi militer Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Global Sumud Flotilla Tunda Keberangkatan karena Cuaca Buruk di Laut Mediterania