Betlehem, MINA – Israel tidak hanya mengerahkan tentaranya untuk melancarkan serangan ke Gaza, Palestina. Namun, juga membayar tentara Neo-Nazi Spanyol untuk melancarkan agresinya sejak 7 Oktober di wilayah tersebut.
Hal itu terbukti oleh pengakuan seorang tentara bayaran Neo-Nazi asal Spanyol, Pedro Diaz Flores saat diwawancarai surat kabar Spanyol El Mundo.
Mengutip dari MA’AN News pada Senin (6/11), Flores menyebut bahwa dirinya tidak sendiri, ada puluhan tentara bayaran lainnya di bawah komando tentara Israel untuk membantu menggempur Gaza, karena Tel Aviv membayarnya 3.900 euro atau setara dengan Rp65 juta per minggunya.
“Saya datang untuk mencari uang, dan mereka (Israel) membayar dengan sangat baik, menyediakan peralatan yang canggih, dan kecepatan kerja yang tenang. Bayarannya 3.900 euro per pekan, selain misi pelengkap,” kata Flores
Pria berusia 27 tahun ini adalah salah satu tentara bayaran yang juga berperang di Ukraina melawan tentara Rusia.
Ia mengatakan dalam wawancaranya bahwa dirinya hadir di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, berserta yang lainnya hanya memberikan dukungan keamanan kepada konvoi senjata atau tim tentara pendudukan yang hadir di Jalur Gaza.
“Kami tidak melawan Hamas secara langsung, kami juga tidak berpartisipasi dalam operasi ofensif. Kami bertanggung jawab atas keamanan pos pemeriksaan dan kontrol masuk di perbatasan Gaza dan Yordania,” jelas Flores.
Flores juga menyebutkan bahwa para tentara bayaran lainnya juga diberi tanggung jawab menjaga perbatasan dengan Mesir.
“Ada banyak PMC (Perusahaan Militer Swasta) di sini. Mereka berbagi pekerjaan secara tradisional, mereka menjaga terminal perbatasan antara Eliat dan Aqaba,” kata Flores.
Flores sendiri merupakan sempat ikut mendukung unit Neo-Nazi Ukraina, Resimen Azov, sepanjang 2022 lalu.
Nama Pedro Diaz Flores sebelumnya pernah muncul dalam bentuk berita kematian di sebuah situs periklanan, setelah Rusia menawarkan $10.000 untuk kepalanya.
Sementara surat kabar El Mundo melaporkan bahwa Flores bergabung dengan tentara Spanyol selama 4 tahun. Pada tahun 2018, ia pindah ke Irak untuk berperang sebagai bagian dari operasi yang dilakukan oleh koalisi internasional di Irak melawan ISIS, yang dikenal dengan Operation Inherent Resolve.(T/R5/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)