Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISRAEL RENCANAKAN PRIVATISASI UNTUK KURANGI UTANG

Rana Setiawan - Rabu, 8 Oktober 2014 - 05:05 WIB

Rabu, 8 Oktober 2014 - 05:05 WIB

891 Views

Perdana Menteri israel, Benjamin Netanyahu. (Foto: TimesofIsrael)
Perdana Menteri <a href=

israel, Benjamin Netanyahu. (Foto: TimesofIsrae)" width="300" height="168" /> Perdana Menteri israel, Benjamin Netanyahu. (Foto: TimesofIsrael)

Tel Aviv, 13 Dzulhijjah 1435/7 Oktober 2014 (MINA) – Israel berencana memprivatisasi sejumlah perusahaan milik negara dalam sebuah langkah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi utang nasional dan melakukan pemberantasan korupsi.

Keputusan disetujui oleh kabinet, diharapkan dapat menambah sekitar 15 miliar shekel (sebesar 4,07 miliar Dolar AS atau sekitar 49,59 triliun rupiah) untuk kas negara selama tiga tahun ke depan, kementerian keuangan mengatakan Ahad, sebagaimana dilaporkan Ma’an News.

Saham minoritas akan dikeluarkan untuk perusahaan “di mana negara memiliki kepentingan dalam mempertahankan kontrol pemerintah jangka panjang” seperti perusahaan listrik, penerbangan, kereta api, air, kantor pos dan industry gas alam Israel, kata pernyataan kementerian.

Pihaknya juga akan menjual perusahaan di mana ia memiliki “tidak memiliki kepentingan jangka panjang,” seperti pelabuhan di Asdod dan Haifa, industri militer yang dimodifikasi dan dibuka untuk publik (dengan negara mempertahankan hak untuk menentukan kepemilikan), Pekerjaan Laut Mati dan lainnya.

Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan, “reformasi” akan “meningkatkan pendapatan negara dan memungkinkan transparansi yang lebih besar dalam perusahaan pemerintah.”

Menteri Keuangan Yair Lapid menyebut tindakan “sebuah upaya tambahan untuk mengakhiri politisasi perusahaan dan mengurangi korupsi di dalamnya.”

Netanyahu sebelumnya telah mengawasi serangkaian privatisasi ketika ia sendiri pernah menjadi menteri keuangan sekitar 10 tahun yang lalu.

Namun perusahaan yang dijual saat itu lebih “mudah” dibandingkan dengan apa yang saat ini ada dalam daftar privatisasi, kata seorang pakar ekonomi.

Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina

“Saya tidak bisa melihat hal-hal ini akan maju,” kata Michael Beenstock dari Departemen Ekonomi Universitas Ibrani, mencatat bahwa serikat kuat di pelabuhan Ashdod dan di perusahaan listrik telah mencegah setiap reformasi atau perubahan selama beberapa dekade.

Sementara Lapid dan Netanyahu mungkin bisa berhasil dalam privatisasi beberapa perusahaan negara kecil.

“Untuk memecahkan hal ini, Anda harus meletakkan negara itu menjadi penderitaan ke dalam yang lama,” kata Beenstock, menambahkan Netanyahu dan Lapid “tidak akan melakukannya.”

Alami Kerugian Perang

Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza

Sebelumnya pada awal September lalu, Media Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan, Israel telah mengalami kerugian besar dari berbagai sektor, seperti, pariwisata, pertanian serta militer dalam agresi 51 hari mereka ke Jalur Gaza.

Pada sektor pariwisata, harian Israel tersebut menyatakan setidaknya Israel mengalami kerugian sebesar 566 juta Dolar AS (sekitar 6,631 triliun rupiah) atau turun 26 persen dari periode yang sama di tahun lalu. Sektor itu merupakan penopang tujuh persen dari ekonomi Israel.

Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza selanjutnya melaporkan, Asosiasi produsen Israel memperkirakan dampak total kerugian ekonomi produsen Israel pada putaran pertama agresi mencapai 1,2 miliar shekel atau sekitar 4,2 triliun rupiah, di mana pabrik-pabrik di selatan tanah jajahan Israel menyumbang 40 persen dari angka tersebut sedangkan setengahnya disumbangkan oleh produsen di Haifa dan pusat-pusat kota lainnya.

Ekspor Israel juga mengalami perlambatan yang cukup signifikan, pada kuartal kedua tahun 2014 ini volume ekspor jatuh hingga 1,7 persen dari 2,8 persen pada kuartal pertama. Sebagai tanggapannya, Bank Israel memutuskan memangkas suku bunga acuan ke level terendah selama lima tahun terakhir sebesar 1,5 persen pada 28 Juli yang lalu.

Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”

Dari sektor-sektor lainnya seperti pertanian, juga mengalami kerugian yang cukup signifikan, sementara sebagaimana yang diatur dalam undang-undangnya, dalam keadaan seperti ini, Pemerintah Israel dituntut untuk membayar para pekerja yang tinggal pada jarak 40 kilometer dari perbatasan Gaza secara penuh sebagai kompensasi selama mereka tidak masuk kerja.

Dari sektor militer, Israel juga mengalami kerugian. Keterangan resmi dari militer Israel menyatakan, setidaknya 64 prajurit Israel serta enam warga tewas akibat pertempuran dengan para pejuang Gaza.

Jumlah tersebut berbeda dari yang diumumkan oleh para pejuang Gaza, yaitu 160 tentara Israel tewas dan ribuan lainnya luka-luka, menekankan angka tersebut merupakan hasil hitungan langsung para pejuang saat berhadapan dengan tentara Israel dari jarak nol.(T/R05/R03)

 

Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
MINA Preneur