Tel Aviv, 22 Ramadhan 1438/17 Juni 2017 (MINA) – Israel berusaha memanfaatkan celah krisis Qatar dengan berharap pada negara-negara Teluk agar secara intensif mengisolasi gerakan Palestina Hamas maupun terhadap Iran, menurut analis analis kebijakan luar negeri Israel, Jeff Halper.
Halper menambahkan, Israel menyiram bahan bakar ke api konflik dengan mengeluarkan ancamannya terhadap Qatar, sumber Al-Jazeera, Jumat (16/6/2017), yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengumumkan untuk menutup biro Al-Jazeera di AL-Quds, guna menutup jangkauan siaran di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan berkonsultasi dengan dinas keamanan Israel tentang tentang hal itu.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Analis juga mengatakan, Israel menyebut sebagai keputusan berani bahwa Arab Saudi dan Yordania yang telah menutup biro Al-Jazeera, jaringan media berbasis Qatar.
Sinyal dari Arab Saudi menyebutkan, bahwa mereka bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel, bahkan saat masalah Palestina belum terselesaikan.
Pejabat Israel telah memanfaatkan situasi Teluk untuk membuat kepentingan bersama antara Israel dan Arab Saudi, dalam menuduh Qatar berpihak pada “teror”, terutama sebagai upaya untuk melemahkan Iran dan Hamas.
Qatar selama ini telah mengirimkan ratusan juta dolar ke dalam proyek infrastruktur di Jalur Gaza yang diperintah Hamas.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Langkah Israel semakin mendapat angina sejak Trump memasuki Gedung Putih, ujar Alpher kepada Al Jazeera.
“Israel merasakan bahwa Hamas sekarang terlalu lemah dan terisolasi untuk menyerang balik,” lanjutnya.
“Strategi Israel adalah untuk mengesampingkan isu Palestina,” lanjut Jeff Halper, seorang analis kebijakan luar negeri Israel. (T/RS2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
l