UNHCR.png">UNHCR-300x182.png" alt="UNHCR" width="300" height="182" />Jenewa, 4 Jumadil Akhir 1436/24 Maret 2015 (MINA) – Perwakilan Israel tiba-tiba menghilang saat Dewan HAM PBB (UNHCR) memulai sidang khusus, Senin kemarin, mengenai situasi di wilayah Palestina dan serangan musim panas 2014 oleh Israel di wilayah tersebut.
“Saya perhatikan wakil Israel tidak hadir,” kata Presiden UNHCR Joachim Ruecher, demikian International Middle East Media Center (IMEMC) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Otoritas Pendudukan Israel tidak memberikan penjelasan langsung atas ketidakhadiran mereka di sidang yang banyak membahas tindakan kebijakan dan dugaan pelanggaran, tetapi sumber yang dekat dengan dewan mengatakan dengan jelas ada indikasi aksi boikot.
“Kami tidak akan mengomentari itu,” seorang juru bicara dengan misi Israel di Jenewa yang tidak mau disebutkan namanya.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Amerika Serikat juga absen dalam sidang tersebut. Diminta untuk menjelaskan mengapa Amerika Serikat tidak mengambil bagian dalam sidang, seorang jurubicara mengatakan satu-satunnya Duta Besar AS untuk dewan Keith Harper sedang berada di Washington.
Sidang khusus UNHCR kemarin semula dijadwalkan untuk membahas penyelidikan pada perang 51 hari di Gaza tahun lalu, namun para peneliti memperoleh informasi penundaan setelah kepala tim berhenti di bawah tekanan Israel.
“Proses ini tidak bisa terburu-buru,” mantan hakim New York Mary McGowan Davis, yang telah mengambil alih sebagai kepala tim, mengatakan kepada dewan.
Ahli hukum internasional Kanada William Schabas mengundurkan diri sebagai Ketua Komisi Penyelidikan mengenai konflik Gaza 2014 pada bulan lalu setelah Israel mengeluh ia tidak bisa tidak memihak karena ia telah menyiapkan pendapat hukum bagi PLO pada Oktober 2012.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Schabas membantah keras bahwa ia terikat pada PLO, namun mengatakan ia dengan berat mengundurkan diri untuk menghindari penyelidikan atas konflik Juli-Agustus 2014 -ditugaskan oleh UNHCR- yang dilumpuhkan dalam setiap keputusan dirinya.
Israel Sengaja Serang Sipil
Sebuah laporan oleh penyidik khusus PBB mengatakan, Israel “dengan sengaja” menargetkan rumah sipil selama serangan musim panas lalu di Gaza.
Laporan yang dipresentasikan kepada UNHCR di Jenewa oleh pelapor khusus Makarim Wibisono dari Indonesia, menjadi bagian dari dasar untuk debat Dewan Ham PBB atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Dewan juga mengagendakan untuk memberikan pengarahan pada temuan Komisi yang ditunjuk Penyelidikan PBB pada kasus perang Gaza, yang dipimpin mantan hakim Mahkamah Agung New York Mary McGowan Davis.
Komisi sedianya untuk menyajikan laporan akhir pada sidang, namun menyusul pengunduran diri kepala sebelumnya, profesor hukum Kanada William Schabas, Mary meminta penundaan sampai Juni mendatang, demikian laporan i24.
Dalam laporan pertamanya ke UNHRC, Wibisono menulis, “sebagian besar korban adalah keluarga tewas dalam serangan rudal di rumah mereka sendiri, biasanya pada malam hari ..”.
“Dalam daftar kasus non-lengkap yang dibawa ke para Pelapor Khusus, hampir semua keluarga kehilangan satu atau lebih dari bayi atau anak-anak mereka,” Isi laporannya yang dilaporkan Senin oleh The Jerusalem Post.
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah
Israel memperkirakan sekitar 2.100 warga Palestina tewas selama perang Gaza, di mana sekitar setengahnya adalah pejuang Hamas atau Jihad Islam.
Jumlah korban menurut PBB, Wibisono mengatakan, tercatat 2.256 korban jiwa warga Palestina, di mana 1.563 adalah warga sipil, termasuk 538 anak-anak. “Pada prinsipnya,” katanya, “sepuluh anak meninggal setiap hari selama periode 50 hari selama konflik”.
Jumlah korban itu lebih banyak dari dua serangan sebelumnya terhadap Gaza, ia menulis, menambahkan jumlah korban itu tidak proporsional, lebih tinggi dibandingkan jumlah korban dari Israel, di mana sekitar 66 tentara dan lima warga sipil Israel yang tewas selama perang.
Perbedaan mencolok dalam jumlah korban di kedua belah pihak, kata dia, mencerminkan ketidakseimbangan pada kekuatan dan biaya yang tidak proporsional ditanggung oleh warga sipil Palestina.
Baca Juga: Oxford Union Menyatakan Rezim ‘Apartheid’ Israel Lakukan Genosida
Langgar Hukum Internasional
Wibisono mencatat, Israel mengklaim bahwa serangan ke Gaza untuk menanggapi sembarangan roket yang diluncurkan kelompok pejuang Palestina dari rumah-rumah dan rumah sakit ketika menyerang daerah-daerah sipil.
Namun, berdasarkan kesaksian warga sipil, citra satelit dan jumlah kematian sipil yang tinggi menjadi bahan pertanyaan apakah Israel berpegang pada “prinsip-prinsip internasional pada perbedaan, proporsionalitas dan tindakan pencegahan.”
Israel dan AS, bagaimana pun, telah mengundurkan diri dari Dewan HAM PBB dua tahun yang lalu, sebagai respon terhadap kritik kegiatan kolonial di wilayah Palestina yang diduduki, selain menghentikan dukungan keuangan AS untuk dewan karena kecaman tersebut.(T/R05/R03)
Baca Juga: Rusia Kuasai Pusat Kota Kurakhovo, Garis Depan Ukraina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang