Jerusalaem, 8 Muharram 1437/21 Oktober 2015 (MINA) – Meningkatnya serangan Palestina di Israel memicu kecemasan ekonomi yang melemah lambat laun akan mendorong negara Yahudi itu ke jurang resesi.
Sudah muncul tanda-tanda sejumlah penduduk membatalkan rencana pengeluaran mereka, salah satu pilar pertumbuhan saat ini -dan pariwisata, masih terhuyung-huyung akibat konflik Gaza 2014 dan menyumbang 7 persen pada ekonomi, masih rentan.
Sektor kontruksi juga terpukul jika aliran 100.000 pekerja Palestina yang memasuki Israel dan kawasan pemukiman di Tepi Barat tiap hari untuk bekerja, secara ilegal atau dengan izin, terhenti akibat adanya berbagai blokade keamanan.
Akan tetapi, banyak hal masih tergantung, kata para analis, apakah kekerasan yang pecah lebih dari dua pekan lalu di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jerusalem berlarut-larut dan menyebar ke kota lainnya di pusat komersial Israel.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Serangan itu hanya akan berdampak pada ekonomi jika berlangsung lama dan terjadi di kota-kota di luar Jerusalem, seperti Tel Aviv, Haifa dan Beersheba”, ujar Ilan Artsi, kepala bagian investasi pada pialang saham Halman Aldubi.
“Jika serangan merembet ke kota lain, maka kita akan menyaksikan rakyat lebih banyak berdiam di rumah dan sedikit berbelanja,” katanya.
Pusat-pusat kota yag biasanya sibuk di Jerusalem kini sebagian besar lengang, dan media Isrel melaporkan bahwa transaksi kartu kredit merosot 11 persen pekan lalu di seluruh negeri ketimbang tahun lalu.
“Kenyataan bahwa orang tidak lagi bersemangat berbelanja dan bersantai sangat berdampak pada banyak aspek ekonomi, kata Dan Propper, pimpinan pabrik pangan Osem.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Namun ia berkata : “Jika gelombang ini segera berhenti, kita akan melihat pengaruhnya pada angka pertumbuhan.”
Pertumbuhan sangat didukung belanja konsumen, sedangkan ekspor dan investasi pada aset tetap masih lemah, sehingga setiap
gangguan pada belanja konsumen akan amat berbahaya, Mi’raj Islamic News Agency (MINA), mengutip Gulf Times, melaporkan.
Artzi memperkirakan jika aksi kekerasan lingkupnya masih terbatas, pertumbuhan akan turun sedikit. Akan tetapi, “Intifada yang serius” atau pemberontakan Palestina akan menurunkan pertumbuhan cukup besar.
Jika gangguan keamanan seperti yang terjadi belakangan ini terus berlangsung, maka sektor pariwisata masih lama akan segera pulih.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Maskapai penerbangan Israel, El Al, mengatakan sejauh ini belum melihat terjadinya pembatalan. Fattal dan Dan, dua grup hotel terkemuka di negara itu, mengatakan telah terjadi “sejumlah kecil” pembatalan di hotel di Yerusalem, kebanyakan dari mereka kelompok peziarah. Tel Aviv dan resor di Laut Merah, Eilat, hanya sedikit merasakan pengaruhnya. (T/R07/R01)
Mi’arj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant