Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel Gempur Suriah di Tengah Upaya Oposisi Bentuk Pemerintahan Baru

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 6 menit yang lalu

6 menit yang lalu

3 Views

Israel serang Suriah saat oposisi akan memperbaiki keadaan (foto: ig)

Damaskus, MINA – Pasukan Penjajah Zionis Israel melancarkan serangan besar-besaran di seluruh Suriah, menargetkan tiga bandara utama dan infrastruktur militer strategis lainnya, termasuk di ibu kota, Damaskus.

Perdana Menteri dari rezim Presiden Suriah yang terguling, Bashar al-Assad, menyatakan telah sepakat menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintahan Penyelamat yang dipimpin oposisi di bawah Mohammed al-Bashir. Al-Jazeera melaporkan, Selasa (10/12).

Sementara itu, sebuah keluarga aktivis ternama Suriah, Mazen al-Hamada, mengonfirmasi jasadnya ditemukan di penjara terkenal, Sednaya, setelah tim penyelamat menghentikan pencarian korban hilang di fasilitas tersebut.

Qatar, Irak, dan Arab Saudi mengecam aksi perebutan tanah Suriah di Dataran Tinggi Golan oleh Israel sebagai tindakan “berbahaya,” sementara pasukan penjaga perdamaian PBB menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata 1974 yang mengakhiri perang tahun 1967.

Baca Juga: Amnesty International Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza

Alasan Israel Gempur Suriah

Serangan Israel terhadap Suriah memiliki beberapa latar belakang strategis, geopolitik, dan keamanan. Berikut adalah faktor-faktor utama yang melatarbelakangi gempuran tersebut menurut beberapa pengamat di antaranya Smith Alhadar dari Institute of International Studies.

Pertama, menghalau pengauruh Iran. Israel menganggap Iran sebagai ancaman utama di Timur Tengah. Iran mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah dengan bantuan militer, penasihat, dan pengiriman senjata. Israel khawatir Suriah akan menjadi pangkalan militer Iran, sehingga sering menyerang fasilitas yang diduga terkait dengan keberadaan milisi atau pasukan pro-Iran, seperti Hizbullah.

Kedua, Hizbullah dan kelompok milisi lain. Hizbullah, yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran, aktif di Suriah untuk mendukung rezim Assad. Israel sering menargetkan konvoi senjata atau pangkalan militer Hizbullah di Suriah untuk mencegah kelompok tersebut mendapatkan senjata canggih yang bisa digunakan melawan Israel.

Baca Juga: Warga Palestina di Luar Negeri: Jaga Persatuan Suriah

Ketiga, mencegah pengembangan senjata strategis. Israel juga menargetkan fasilitas militer Suriah yang diduga digunakan untuk mengembangkan atau menyimpan senjata kimia dan rudal presisi. Israel berusaha membatasi kemampuan militer Suriah agar tidak menjadi ancaman langsung.

Keempat, keamanan perbatasan. Suriah berbagi perbatasan dengan Dataran Tinggi Golan, yang sebagian diduduki oleh Israel sejak Perang Enam Hari 1967. Israel ingin menjaga stabilitas di wilayah perbatasan ini dengan mencegah aktivitas milisi atau kekuatan militer yang bisa mengganggu keamanan.

Kelima, situasi politik Suriah. Konflik internal Suriah yang berkepanjangan, ditambah dengan upaya kelompok oposisi untuk menggulingkan rezim Assad, menciptakan kekosongan kekuasaan dan ketidakstabilan yang dieksploitasi berbagai pihak, termasuk Iran dan Rusia. Israel memanfaatkan situasi ini untuk memperlemah rezim Assad dan sekutunya.

Keenam, pesan geopolitik. Serangan Israel juga sering dimaksudkan sebagai peringatan kepada pihak-pihak yang dianggap mengancam kepentingannya, termasuk Iran dan kelompok proksinya, bahwa Israel tidak akan ragu untuk mengambil tindakan militer demi melindungi kepentingan nasionalnya.

Baca Juga: Yordania Kecam Upaya Israel Duduki Wilayah Suriah

Dengan kombinasi faktor-faktor ini, serangan Israel terhadap Suriah menjadi bagian dari strategi keamanan jangka panjang untuk menghalangi penguatan musuh-musuhnya di wilayah tersebut.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Bayi Yesus dengan Keffiyeh, Adegan Kelahiran Bersejarah di Vatikan  

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
MINA Preneur
Indonesia