Hebron, MINA – Aparat keamanan Israel dilaporkan telah menghancurkan proyek pusat penelitian dan pengujian virus corona atau Covid-19 milik Palestina di kota Hebron, di selatan kawasan Tepi Barat yang diduduki.
Seorang insinyur berusia 35 tahun, Maswadeh, mengatakan, tiga bulan lalu pemerintah kota meminta warga Palestina untuk mengumpulkan dana dan membangun klinik layanan melintas (drive-through) untuk tes Covid-19.
“Keluarga saya memutuskan untuk menyumbangkan tanah kami (yang berlokasi) di pintu masuk utara Hebron dengan tujuan membangun klinik tes Covid-19,” kata Maswadeh kepada Middle East Eye, Selasa (21/7).
Menurut Maswadeh, klinik itu dibangun untuk mengenang sang kakek yang baru-baru ini meninggal karena virus corona. Dia mengatakan proyek itu menelan biaya keluarga sekitar USD$250 ribu atau sekitar Rp3,6 miliar.
Baca Juga: Banyak Tentara Israel Kena Mental Akibat Agresi Berkepanjangan di Gaza
Tanah itu terletak di Area C bagian Tepi Barat yang sepenuhnya dikendalikan oleh Israel. Di sana Israel hampir tidak pernah memberikan izin apapun untuk mendirikan bangunan kepada warga Palestina.
Maswadeh mengatakan, mereka mulai membangun pusat pengujian tanpa seizin pihak Israel.
“Jika kami mengajukan izin, kami tidak akan mendapatkan (izin tersebut). Kami kira mungkin selama Covid-19, (kami) akan mendapat beberapa pengecualian,” katanya.
Ide proyek ini adalah untuk mengurangi beban rumah sakit di Hebron yang kapasitasnya sudah penuh karena merawat pasien Covid-19.
Baca Juga: Dipimpin Ekstremis Ben-Gvir, Ribuan Pemukim Yahudi Serbu Masjid Ibrahimi
Maswadeh mengatakan bahwa pembangunan pos itu sudah berlangsung selama dua bulan, sementara tentara Israel berpatroli di daerah tersebut.
Para tentara Israel mengetahui adanya alat berat buldoser dan peralatan bangunan di sekitar lokasi proyek, tapi tidak mengatakan apapun. Namun, pada 12 Juli, mereka menerima perintah dari seorang komandan tentara Israel untuk menghentikan pembangunan.
Seorang pengacara hak asasi manusia dan aktivis dari Hebron, Farid Al-Atrash (44), mengatakan kota itu kesulitan akibat krisis Covid-19 dan sangat membutuhkan klinik tersebut.
“Dengan cara ini kami bisa mengendalikan orang-orang yang keluar-masuk Hebron dan mengendalikan (penyebaran) virus secara lebih baik,” katanya.
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
Menurut Atrash, penghancuran ini bisa menjadi cara bagi Israel untuk menekan pemerintah Palestina agar melanjutkan koordinasi birokrasi.
Palestina menghentikan koordinasi dengan Israel sebagai protes atas rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat.
“Secara umum Israel membuat Palestina sulit melawan virus. Sejak pemerintah Palestina menghentikan koordinasi dengan Israel, Israel telah menggunakan semua cara untuk menekan Palestina kembali melakukan koordinasi,”
“Mereka akan melakukan segala upaya untuk membuat hidup kami di sini kesulitan,” tambahnya.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Wilayah Tepi Barat sedang berjuang menahan gelombang kedua infeksi virus corona, setelah berhasil menangkal penyebaran pandemi dengan memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) ketat selama sepekan pada Maret lalu.
Hebron yang merupakan kota terbesar dan menjadi pusat kekuatan ekonomi pemerintah Palestina dilaporkan sangat terpukul akibat pandemi.
Jumlah kematian di wilayah Palestina akibat Covid-19 mencapai 65 orang.
Kota Hebron telah mendirikan pusat krisis virus corona. Namun, stigma sosial dan kesulitan yang disebabkan oleh pendudukan Israel menghambat penanganan virus. (T/R2/P2)
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Mi’raj News Agency (MINA)