Bethlehem, MINA – Pasukan pendudukan Israel menghancurkan sebuah rumah, beberapa gudang, dan tembok penahan milik warga Palestina di desa Al-Walaja, barat laut Betlehem, Kamis (12/11).
Kepala Dewan Desa Al-Walaja, Khader Al-Araj mengatakan kepada kantor berita Palestina WAFA yang dikutip MINA, pasukan pendudukan Israel disertai dengan buldoser besar, menyerbu daerah Ein Jweizeh, timur laut desa, dan menghancurkan rumah milik Mohammed Abu Al-Hija dan tembok penahan, dengan dalih tidak memiliki izin.
Dia menambahkan, pasukan pendudukan mulai menghancurkan sekelompok gudang milik keluarga Abu al-Tin yang baru selesai dipugar.
Penggusuran dan pembongkaran merupakan praktik yang biasa dilakukan Israel di wilayah yang didudukinya. Israel selalu berdalih rumah-rumah tersebut dibangun tanpa izin. Sementara izin untuk mendirikan bangunan juga sulit diperoleh.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahannya Sendiri
Menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) sepanjang tahun 2020 ini, Israel telah menghancurkan lebih dari 500 bangunan milik warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
OCHA pada keterangan yang dirilis akhir bulan September lalu menyebutkan, terdapat 500 bangunan milik warga Palestina di Tepi Barat yang dihancurkan Israel. Sebanyak 134 di antaranya berada di Yerusalem Timur.
Pembongkaran dilakukan dengan alasan bahwa bangunan-bangunan itu disebut tak berizin. Dalam dua pekan terakhir, Israel merobohkan 22 bangunan. Hal itu menyebabkan 50 warga Palestina mengungsi. Sebanyak 200 warga lainnya mengalami kerugian akibat penghancuran tersebut.
Para pengungsi Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan beberapa negara Arab lainnya, seperti Yordania serta Suriah, mengandalkan bantuan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Namun, saat ini UNRWA tengah mengalami krisis keuangan.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Pada Juli lalu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, badan yang dipimpinnya sedang mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS.
“Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” katanya. (T/B04/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina