Mousa Daraghmeh adalah seorang syudaha Palestina dari Kamp Pengungsi Deheisheh, Kota Bethlehem, Tepi Barat, yang ditembak mati tentara pendudukan Israel pada 22 Mei 2012 yang lalu di pos pemeriksaan 300.
Hari Selasa (4/8) keluarga syuhada itu sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan putranya, Mohammaed Darahgmeh yang akan berlangsung pada Kamis (6/8).
Pasukan pendudukan Israel pada Selasa (4/8) itu meminta Mohammed Daraghmeh, anak seorang syuhada Palestina Mousa Daraghmeh, untuk datang ke pos pemeriksaan 300 buat menerima yang barang yang tidak disebutkan barang apa. Itu dalah tempat di mana ayahnya terbunuh. Keluarga ini ketakutan hal ini akan merusak kebahagiaan pada upacara pernikahan. Maka saudaranya Nur Eddin, tidak mengizinkan Mohammed yang akan menikah mememenuhi panggilan tentara Israel itu.
Namun, tentara mengancam akan mengirimkan barang itu ke rumah mereka jika tak diambil di pos pemeriksaan 300, demikian Palestine News Network (PNN) melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Akhirnya keesokan harinya, Mohammed dan ibunya pergi ke pos pemeriksaan ilegal Israel untuk memenuhi panggilan.
Kepadanya diberikan sebuah tas. Apa isi tas itu ? Ternyata adalah kemeja, celana dan sepatu ayah. Masih nampak darah di pakaian itu.
Mousa Daraghmeh ditembak mati pada 22 Mei 2002, dalam perjalanan untuk bekerja di dekat pos pemeriksaan perlintasan 300 Israel, utara dari Bethlehem.
Keluarga bercampur rasa saat membuka tas. Menurut berita Alwatan Voice, momen itu dirasakan pahit saat sang putra akan menikah. Pakaian berlumur darah ayah yang syuhada dikembalikan 13 tahun setelah kematiannya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Ibu menangis, tapi juga segera merasakan kebahagiaan. Suaminya adalah seorang syuhada Palestina.
Keluarga mengatakan bahwa pakaian akan disimpan di rmah sebagai simbol perlawanan dan barang-barang kenangan dari syuhada.
Mereka menambahkan, apa yang dilakukan tentara pendudukan Israel tersebut dimaksudkan untuk merusak suasana pernikahan.
Namun, mereka mengatakan yang dirasakan keluarga adalah sebaliknya, pesta pernikahan malahan dapat sekalian untuk merayakan kepahlawanan ayah mereka dan menghormati pengorbanan yang dia berikan kepada tanah airnya, Palestina.(R05/P2)
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)