Al-Quds, 23 Dzulhijjah 1435 H/17 Oktober 2014 M (MINA) – Untuk pekan ketiga berturut-turut sejak 26 September lalu, pemerintah Israel masih memberlakukan pembatasan akses ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Al-Quds Timur.
Pemerintah Israel mengerahkan ribuan tentara dan memasang barikade penghalang jalan di Kota Tua Al-Quds menjelang shalat Jum’at untuk menghalau penduduk muslim Palestina yang akan melakukan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsha.
Tentara Israel sampai saat ini masih melarang jamaah laki-laki di bawah usia 50 untuk melakukan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa. Anadolu Agency melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’at.
“Semua penduduk Muslim di bawah usia 50 tahun dilarang memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa untuk shalat Jumat sementara wanita dari segala usia diberikan kesempatan untuk bisa masuk,” kata Sheikh Azzam al-Khatib, kepala Wakaf Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Al-Khatib mengatakan, Israel masih membatasi masuknya Palestina ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, memfasilitasi akses pemukim Yahudi ke tempat suci.
Dia mengatakan, setidaknya lebih dari 1.300 pemukim Yahudi dan 350 tentara Israel telah memaksa masuk ke tempat suci selama liburan Yahudi dalam sepuluh hari terakhir.
Lebih lanjut, Al-Khatib menambahkan, polisi Israel melarang lebih dari 5.000 Muslim untuk memasuki Masjid Al-Aqsa selama periode yang sama.
Sementara itu, dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ekstremis pemukim Yahudi bersama dengan pasukan keamanan Israel berulang kali memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa, di Al-Quds.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Tindakan itu sering memicu amarah penduduk Muslim Palestina dan kadang-kadang menyebabkan konfrontasi kekerasan.
Israel menduduki Al-Quds Timur sejak Perang Timur Tengah pada 1967 silam. Ini kemudian dianeksasi kota suci pada tahun 1980 dan mengklaim sebagai ibukota negara Yahudi, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Pada September 2000, kunjungan ke lokasi oleh pemimpin Israel yang kontroversial, Ariel Sharon, memicu reaksi penduduk Muslim Palestina dan dikenal dengan sebutan “Intifdhah Kedua”. (T/P011/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza