Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel: Penjajah yang Menjadikan Palestina Neraka

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 40 detik yang lalu

40 detik yang lalu

0 Views

Tanah Palestina yang dulunya penuh kedamaian dirampas dengan darah, air mata, dan penderitaan yang tak terhitung. (Foto: MInanews)

ISRAEL berdiri bukan atas dasar kebenaran, melainkan kebohongan yang dipoles dengan propaganda dunia Barat. Tanah Palestina yang dulunya penuh kedamaian dirampas dengan darah, air mata, dan penderitaan yang tak terhitung. Zionis menjadikan sejarah sebagai dalih untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan. Padahal, dunia tahu bahwa penjajahan adalah kejahatan yang tak pernah bisa dibenarkan.

Setiap jengkal tanah Palestina adalah saksi bisu atas kedzaliman Israel. Rumah-rumah dihancurkan, ladang-ladang dibakar, dan masjid-masjid dinodai tanpa rasa malu. Mereka yang tak bersalah—anak-anak, wanita, orang tua—dijadikan korban atas ambisi penjajahan. Dunia internasional pun hanya bisa menatap dengan bisu, seakan kebal terhadap jeritan manusia.

Israel membungkus wajahnya dengan klaim demokrasi, padahal ia adalah wajah kezaliman paling kejam di abad modern. Mereka bicara tentang hak asasi manusia, tapi tangan mereka berlumuran darah rakyat Palestina. Media Barat ikut menutupi kebiadaban itu dengan istilah “konflik,” padahal yang terjadi adalah penjajahan. Inilah ironi terbesar dalam sejarah umat manusia.

Palestina bukan hanya milik bangsa Palestina, tapi milik umat Islam seluruh dunia. Masjid Al-Aqsha adalah simbol iman yang tidak boleh dibiarkan jatuh ke tangan penjajah. Membela Palestina berarti membela martabat Islam dan membela hak setiap jiwa yang tertindas. Maka setiap tetes darah yang tumpah di sana adalah panggilan bagi umat Islam untuk bangkit.

Baca Juga: Mengenal Armada Kemanusiaan Global Sumud Flotilla: Harapan yang Berlayar Menembus Blokade Gaza

Zionis menggunakan kekuatan militer untuk menindas, tapi mereka lupa bahwa senjata tak bisa membungkam kebenaran. Semakin banyak mereka menumpahkan darah, semakin besar simpati dunia pada Palestina. Semakin mereka menindas, semakin kokoh perlawanan rakyat Palestina. Sejarah selalu menunjukkan bahwa penjajah akhirnya akan runtuh di hadapan keteguhan iman.

palestina/">Anak-anak Palestina tumbuh bukan dengan mainan, melainkan dengan suara bom dan dentuman senjata. Mereka menjadi saksi nyata bahwa Israel tak punya hati, tak punya kemanusiaan. Namun, justru di tengah luka itu lahir generasi pemberani yang tak takut mati. Inilah ketakutan terbesar Zionis: keberanian yang tak bisa dibunuh.

Israel berusaha menaklukkan Palestina dengan dinding-dinding pemisah, tapi tak pernah bisa memisahkan hati umat Islam. Tembok beton bisa menghalangi gerak, tapi tidak bisa menghentikan doa jutaan kaum Muslimin. Mereka bisa memenjarakan jasad, tapi tidak bisa memenjarakan keyakinan. Palestina akan tetap hidup dalam dada setiap Muslim sejati.

Kehadiran Israel di tanah Palestina adalah racun bagi perdamaian dunia. Mereka menjadi biang konflik yang tak ada habisnya, memprovokasi dengan kebohongan sejarah. Amerika dan sekutunya menjadi perisai bagi kebiadaban itu, menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina. Dunia tahu, tapi dunia pura-pura lupa.

Baca Juga: Tragedi 21 Agustus, Masjid Al-Aqsa Dibakar Ekstremis Zionis Australia

Israel mengira kekuatan senjata adalah jalan menuju surga dunia. Tapi yang mereka lakukan hanyalah menggali neraka yang akan menelan mereka sendiri. Tidak ada bangsa penjajah yang bertahan selamanya, dan Israel pun akan menemui kehancurannya. Itulah hukum sejarah yang tak bisa mereka hindari.

Palestina adalah cermin yang memperlihatkan siapa kawan sejati dan siapa pengkhianat umat. Mereka yang diam berarti setuju, mereka yang berpaling berarti menutup hati dari kebenaran. Umat Islam harus sadar bahwa membela Palestina adalah membela akidah dan harga diri. Tidak ada ruang untuk netralitas dalam urusan penjajahan.

Perjuangan Palestina bukan sekadar perjuangan bangsa, tapi perjuangan iman. Di balik reruntuhan Gaza, kita melihat tegaknya sabar dan tawakal yang luar biasa. Mereka tetap shalat di bawah ancaman bom, tetap berpuasa meski kelaparan. Inilah kekuatan spiritual yang membuat Israel tak pernah benar-benar menang.

Umat Islam tidak boleh puas hanya dengan doa dan air mata. Kita harus bergerak, mendukung dengan harta, tenaga, ilmu, dan suara. Setiap dukungan, sekecil apapun, adalah bagian dari perlawanan. Karena sejatinya, Palestina adalah ujian bagi iman kita.

Baca Juga: Shepherd Leadership,  Gaya Kepemimpinan yang Terpinggirkan di Era Modern

Israel boleh menyebut dirinya negara, tapi sejatinya ia hanyalah proyek penjajahan yang diberi nama baru. Ia lahir dari kebohongan, hidup dari penindasan, dan akan mati dengan kehancuran. Palestina akan tetap ada, karena ia lahir dari kebenaran yang dijanjikan Allah. Sebab Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang sabar.

Hari itu akan datang, ketika Al-Aqsha kembali dalam pelukan umat Islam. Israel akan runtuh, sebagaimana runtuhnya imperium zalim dalam sejarah. Palestina akan kembali merdeka dengan cahaya iman yang tak pernah padam. Dan dunia akan tahu, bahwa kebenaran selalu menang atas penjajahan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Refleksi 17 Tahun AWG: Bergerak Berjamaah Buka Blokade Gaza, Bebaskan Al-Aqsa, dan Palestina

Rekomendasi untuk Anda