Tel Aviv, MINA – Tujuh pencari suaka Eritrea telah dipindahkan ke sebuah penjara Israel tanpa batas waktu, setelah menolak untuk dideportasi ke Rwanda, kelompok hak asasi manusia Israel melaporkan seperti dilansir Al Jazeera.
Para pencari suaka itu adalah yang pertama yang dijebloskan ke tahanan yang tidak terbatas sejak pemerintah Israel mengumumkan akan memaksa puluhan ribu migran Afrika memilih, antara deportasi ke negara ketiga atau penahanan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
“Ini adalah langkah pertama dalam operasi deportasi yang secara global belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah langkah yang tercemar rasisme dan mengabaikan sama sekali kehidupan dan martabat pencari suaka,” ujar Hotline for Refugees and Migrants dan ASSAF, dua kelompok pembela hak pengungsi yang berbasis di Tel Aviv, Israel, dalam sebuah pernyataan, Rabu (21/2).
Dua dari tujuh pencari suaka yang ditahan di Penjara Saharonim di selatan Israel pada Selasa adalah korban penyiksaan, kata organisasi tersebut.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sementara itu, ratusan pencari suaka memulai mogok makan Selasa (20/2) malam di pusat penahanan Holot untuk memprotes pemenjaraan tujuh warga Eritrea tersebut, media Israel melaporkan.
Ada sekitar 27.000 warga Eritrea dan 7.700 pencari suaka asal Sudan di Israel, kata badan pengungsi PBB (UNHCR).
Pada November tahun lalu, pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk mendeportasi pencari suaka yang tersisa, tanpa persetujuan mereka.
Israel telah mengeluarkan pemberitahuan deportasi untuk sekitar 600 orang sampai saat ini, kata UNHCR. (T/R11)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Miraj News Agency (MINA)